Selasa, 05 Oktober 2010

Cintaku cinta mereka.

Aku pulang, cuma sebentar memang, tapi aku senang. Sebentar lagi mas pulang, setelah dua tahun lebih kurindukan dia memelukku dg kasih penuh seorang kakak. Ibu&bapak, ah betapa kebersamaan serta bincang2 tadi membuat hatiku luar biasa lega. Tholeku, mulai rajin sholat! Alhamdulillah...

Bahagia...
Terimakasih Robbuna, malam ini tak kan kupunggungi mimpi, aku akan lelap dg senyum para kekasihku, luv u all my lovely family :)

Senin, 04 Oktober 2010

curhat curhat curhat *ab... :'( *

Aku sedang gelisah sayang,

Ingin kutumpahkan gelisah ini ke dalam tumpukan kata-kata, tapi otakku seperti tersumbat. Menulis itu tidak gampang ya, padahal ada begitu banyak hal yang sedang kupikirkan.

“ and I must ask you to imagine a room, like many thousands, with a window looking across people’s hats and vans and motor-cars to other windows, and on the table inside the room a blank sheet of paper on which was written in karfe letter WOMEN AND FICTION…” (Virginia woolf, A Room of One’s Own)

Begitulah, katanya seorang penulis (perempuan) membutuhkan sebuah ruang, fisik dan imaginatif. Bahkan ruang itu harus lebih besar, lebih kukuh dan pribadi untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang jujur dan bercahaya.

Bagaimana aku bisa tahu bahwa aku telah memiliki sebuah ruang pribadi? Sedangkan tempat pelarianku selama ini hanyalah sebuah buku harian. Atau justru aku sama sekali belum pernah membangunnya untuk mulai menulis sebuah karya?!

Bisakah kau tunjukkan caranya agar aku bisa membangun sebuah ruang itu? Sehingga nanti saat sudah kumiliki ruang pribadi itu bisa kutanggalkan jubah keseharianku. Dan setelah memasukinya aku bisa dengan leluasa menerbangkan imajinasiku.

Maukah kau mengajariku? Menjadi selah satu guru kehidupanku? Guru dari satu sisi kelamku. Ah tidak, bukan kelam. Jika setiap manusia memiliki warna putih dan hitam maka kau adalah seseorang yang memberikan warna abu-abu kepadaku.

Mulai saat ini sayang, bagaimana? Aku belajar membangun ruang pribadiku agar aku bisa mewujudkan keinginanku menjadi seorang penulis perempuan. Seorang penulis yang nantinya bisa dengan jujur mengungkapkan pemikirannya lewat sebuah tulisan.


(aku kembali menepi, belajar tak bergantung padamu, tapi sungguh bahagiaku hambar tanpa warna nada tawamu. still miss u ab,,)

Kamis, 30 September 2010

Nok, ingat posisimu cuma bayangan!

Lelakiku, aku frustasi, aku depresi. Aku cemburu, aku takut.

Bagaimana aku harus bersikap? Kau yang sekarang seolah sedang mengingatkan posisiku kembali bahwa aku hanyalah bayangan, selingan, tempat pelarian. Sakit ab, berkali-kali juga kukatakan bahwa cinta itu sakit. Dan kau tambahkan lagi perih ini dengan sikapmu sekarang.

Aku bodoh memang, abaikan lelaki yg datang membawa masa depan untukku hanya karna sedang cinta kepadamu, cinta yang berlebihan. Tapi bukankah aku berhak menentukan pada siapa cinta ini akan kuberikan?! Meskipun toh aku tahu aku menempatkan cintaku pada kesia-siaan.

Sudahkah tiba masa itu? Haruskah aku berhenti sekarang? Kalau ab ingin berhenti karna cinta dan kesetiaan ab aku ikhlas, aku rela, dan aku akan sangat bahagia. Tapi jika ab ingin berhenti karna ab masih ingin mendapatkan petualangan cinta yg liar dan berpeluang menyesatkanmu aku tidak ridho ab. Bagaimana harus kujelaskan bahwa ditengah kesesatanku tak putus-putusnya kupanjatkan doa untuk kebaikanmu, dan jika doaku ini harus berakhir dengan kehancuranmu aku amat sangat tidak rela.

Semoga sikap yang kau tunjukan padaku ini adalah awal yg baik dari akhir kisah kita. Mungkin setelah itu tidak akan ada lagi email, tidak ada lagi telfon, tidak ada lagi sapa singkat antara kita.

Tapi sebelum masa itu benar-benar tiba, ijinkan aku curahkan kasih sayangku padamu sepenuhnya, ijinkan aku mengabdi padamu sebagai emban yg menghormati junjungan sekaligus kekasih hatinya.

Rabu, 29 September 2010

Susah, senang!

Aku susah sekembalimu dari dunia antah berantah itu ab, kegilaan yg kian tak terkendali, cemburuku yg makin menjadi, serta rasa bersalah dan ketakberdayaan membunuh rasaku.

Entah kapan akan Dia cukupkan episode cerita kita? Aku sendiri masih ingin selalu mendengar suara tak merdumu. Masih ingin menikmati purnama di wajah bundarmu, masih ingin melihat dan mendengar tawa lepasmu, masih ingin penuhi kedua pipimu dg ciuman bertubi-tubiku.

Kadang aku ingin sekali membencimu, tapi jika sudah begitu siapa nanti yg musti kuusik lagi? Tidak ada yg sepertimu ab, tak satupun. Tak ada lelaki yg tak romantis melebihi ab, tak ada lelaki yg seterus terang ab, tak ada lelaki yg setekun ab, tak ada lelaki yg sekanak-kanak ab, tak ada ab. Ketidaksempurnaan ab nyaris membuat cintaku sempurna kepadamu.

Beberapa jam yg lalu telah kau tuntaskan rinduku, suaramu yakinkanku bahwa ab sedang baik-baik saja. Sebenarnya sangat ingin bercerita mengenai hal-hal yg terjadi padaku saat kau tak ada, tapi mendengar suara letihmu kuurungkan niat itu. Kita masih bisa ber-email ria kan?!

Aneh ab, dulu aku paling tak suka saat kau panggilku dg sebutan 'sayang' dan memintamu tuk memanggilku nduk, tapi sekarang aku begitu rindu dg sapa 'itu' sayangku...

Aku sedang berduka atas nama keluarga ab, ndukku, mas, bapak&ibu, serta thole. Mereka memaksakt berpikir, apa yg akan terjadi sekiranya mereka tahu bahwa ternyata aku seperti ini?! Mencintaimu dengan cara paling brutal, menutup mata akan segala aturan, sebab aku tahu cintaku melampaui segala aturan-aturan itu,, ana uhibbuka ya habib...

Biarkan saja kisah ini mengalir seadanya. Setidaknya dengan merenungi jalan cintaku padamu aku bisa mengerti betapa berharganya orang-orang yg kukasihi, dan aku akan terus mencoba tegak menjadi tiang penyangga bagi keluargaku, semampuku. Ab bilang bahwa aku kuat, dan aku mencoba meyakini itu.

Welcome back di duniaku yg serba carut marut ab...

Sabtu, 25 September 2010

Tuhan, ijinkan aku menjadi pelacur

Karangan: Muhidin M Dachlan

Ini adalah buku yang kubeli dengan hasil kerja resmiku setelah minggat dari bangku sekolahan terhitung dari tiga tahun yang lalu. Begitu istimewanya buku ini sehingga kurang dari sehari dia sudah beralih tangan ke temanku (ya temanku itu pinjam tiga tahun lamanya belum juga dikembalikan).

Buku karangan Muhidin M Dahlan ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang perempuan bernama Nidah Kirani. Perempuan soleha yang jatuh cinta dengan akidah yang terkandung didalam agamanya hingga memantapkan hatinya untuk membela Islam seutuhnya. Namun perlahan kecintaan dan keyakinannya runtuh satu persatu setelah dia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu kelompok islam garis keras di kampusnya.

Nidah merasa diperdaya, apalagi setelah dia berpacaran dengan salah satu pemimpin kelompoknya ia malah terjerumus ke dalam gaya hidup seks bebas.

Himpitan keluarga serta lingkungan yang terlanjur memandangnya sebagai wanita soleha membuatnya berada pada posisi sulit. Terlebih saat dia ingin keluar dari kelompoknya tersebut ia mendapatkan tekanan keras dari seluruh anggotanya. Nidah terus hidup dalam kemunafikan dan tekanan. Hingga perlahan lahan dia mencoba menerima kenyataan bahwa apa yang menimpanya merupakan garis hidup yang memang harus ia jalani.

Dari situ kemudian terkuak sisi kelam yang selama ini belum pernah dia jumpai. Dari dosennya sendiri dia mendapat jalan lebar memasuki jaringan prostitusi internasional untuk menjadi pelacur kelas atas.

Buku ini memaksaku untuk berkali-kali menghadap cermin. Meskipun hanya sekali aku membacanya tapi kisah Nidah begitu rapi tersimpan dimemori otakku. Mengingat dan mengingatnya lagi membuatku tersadar bahwa aku harus senantiasa hati-hati dalam mengambil setiap langkah dan keputusan.

(mengobati kedongkolan hati dengan gemreneng di ruang maya setelah puas dimaki-maki pelanggan yang gak dapat tiket kapal hari ini :)) apa pelacur yang servisnya gak memuaskan juga dapat makian sepertiku ya? Allohu a'lam.)

Jumat, 24 September 2010

Hebat!
Butuh waktu kurang dari satu menit untuk merubah tawa jadi tangis.
Hahahahahhh
sulit, tentu saja! Tertawa bagi yg sedang kesusahan itu pekerjaan luarbiasa sulit. Tapi aku kan tidak sedang susah, aku cuma....cuma...
Ah, begini saja mungkin lebih baik aku diam, diam, diam, sampai amarah ini hilang.
Tidak urusan cinta, tidak urusan kerja, tidak urusan keluarga,
kenapa semuanya musti korban perasaan?
Duh yuuuuuuuungggg
aku mau menjerit sekeras-kerasnya, aku mau menangis sejadi-jadinya.
Capek lahir batin Gusti,,

hari ini cuma ingin mengeluh saja, trimakasih sudah mau mengerti.

Sabtu, 18 September 2010

Kepadamu lagi hatiku lekat tak ingin lekas pergi...

CR my dear...

Hati dan pikiranku terfokus kepadamu lagi ab, hanya padamu. Terlebih sebentar lagi aku harus berpuasa dari rutinitasku menghubungimu 3x sehari karna kau akan kembali menjadi langit malamku, berkumpul bersama bintang dan rembulanmu disana. Selama itu pula seperti biasa aku akan menyapih mimpi tuk tidak meneteki tidurku, sebab mataku akan jalang memandang keluasanmu digelap malam.

berapa lama aku harus menjalani cinta tanpa harap begini ab? Kita sama-sama mengerti bahwa kita sedang berlari: kau dari kejenuhanmu, dan aku dari angin yg selalu meledekku dg kesuciannya, dengan ketakterjamahannya oleh apapun.

Suatu saat kita harus berhenti, dan kembali ke arah tujuan kita masing-masing. Aku sedang tersesat ab, dan aku ingin mengikutimu, aku mau turut kemanapun langkahmu tertuju. Menjadi apa saja boleh asal aku bisa selalu bersamamu. Tapi itu tidak mungkin terjadi kan, kau bilang aku harus mendapatkan tujuanku sendiri dan aku memang harus.

Mencintaimu sama halnya dengan mencintai luka, dan aku mulai bisa menikmati sensasi sakit dan perih yang kurasakan. Bahkan aku kecanduan dengan itu semua. Seperti seorang masokhis ab!

Bisakah kau mengertiku semengertinya aku akanmu? Benarkah cinta tak bisa lepas dari rasa cemburu? Sebab aku mulai cemburu dengan segala hal disekelilingmu. Aku cemburu pada pekerjaanmu, aku cemburu pada orang-orang didekatmu, aku cemburu pada laptopmu, bahkan aku cemburu pada baju yg melekat ditubuhmu.

Ab, sudah mulai kuputuskan tujuanku, yang ternyata sama sekali tidak boleh sejalan denganmu. Entah kapan harus kumulai langkah beranjak, pergi kesana menjauhimu. Aku belum mampu menjauh, aku belum mampu lepaskan tanganku yg masih setia menggayuti lengan bajumu.

Baiklah ini hanya kalimat pelepasan untukmu yg sebentar nanti akan menghilang dari duniaku. Sambil berharap saat kau datang kembali masih kau sisakan sedikit lengan bajumu untuk kugayuti.

Aku sayang kamu, ab...

Senin, 13 September 2010

Elizabeth bennet

Ini tentang perempuan cantik yang hidup pada abad pertengahan nun di Inggris raya sana. Elizabeth bennet atau yang lebih akrab disapa lizzy, anak kedua dari empat bersaudara yang kesemuanya adalah perempuan.

Lizzy digambarkan sebagai seorang gadis cantik, periang dan cerdas. Jika gadis sebayanya lebih senang berlama-lama didepan cermin dan bersolek, maka lizzy justru lebih senang menghabiskan waktunya dengan membaca buku sambil duduk di ayunan atau bahkan sambil bermain-main di kandang babi milik keluarganya.

Kisah lizzy terangkum dalam sebuah film berjudul Pride and Prejudice yang tanpa sengaja kutemukan sedang diputar di salah satu stasiun televisi swasta beberapa tahun silam. Waktu itu tengah malam, mungkin aku tidak harus selalu mengutuki mata gilaku yang sering kali mangkir dari tugas istirahnya sebab kadang kala karena kejalangan matakulah aku jadi menemukan beberapa hal istimewa yang tidak semua orang bisa menemukannya. Dan salah satu hal menakjubkan yang kutemukan adalah lizzy.

Aku kagum dengan sikapnya yang bisa mengatasi dan tetap bisa berdamai dengan segala pemikiran-pemikiran kolot orang tuanya. Lizzy selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi saudaranya untuk berbagi masalah dan mencari penyelesaiannya.

Bahkan kisah cintanya dengan mr Darcy jadi begitu menarik dengan segala polemik yang mengiringinya. Jadi apa? Sebenarnya hanya satu, aku ingin bisa seperti lizzy, bukan kecantikannya sebab itu sangat mustahil terjadi, tapi sikap dan ketegasannya dalam menyelesaikan tiap masalah yang ada. Pasti bisa, mungkin, atau barangkali semoga saja bisa.

Pride and prejudice, pengen nonton lagi... :(

Minggu, 12 September 2010

Setelah lebaran pergi

Bukan bermaksud kurang ajar, tapi sesudah lebaran itu pergi rasanya aku legaaaaa sekali. Sudah kulalui hari itu, sudah kutekan habis ketegaranku, demi 'harus' kulihat lagi tangis ibu. Terpaksa kusadari memang begitulah ibu, wujudnya telah berada pada batas kerapuhan. Ibu bukan lagi sosok tegar yg kukenal dulu. Ibu bukan lagi lambang kesabaran yg selalu kubanggakan. Persahabatan ibu dengan nafsu amarah semakin menjauhkanku dari sisi ibu. Takut. Aku takut bu. Jika awalnya telah kuterima kenyataan bahwa sosok bapak akhirnya hilang sama sekali dari sikapnya selama ini, sekarang harus kuterima lagi kekalahan itu. Keterpurukan ibu.

Semua hanya semakin menegaskan bahwa aku benar-benar papa tanpa pernah punya apa-apa, bahkan aku sendiri tidak mengerti dengan cara bagaimana ibu dan bapak mencintaiku?

Sudahlah...setidaknya aku masih percaya bahwa aku memiliki mereka. Orang-orang terkasih yang tak kan pernah habis aku cintai. Lagipula dengan merekalah aku belajar mengerti apa arti lapangdada, toleransi. Jika harus kecewa maka diriku sendirilah yg harusnya dikecewai, sikapku yg tidak juga bisa nerimo bahwa beginilah adanya kondisi keluargaku.

Lebaran oh lebaran, tiap tahun selalu saja kau kutangisi.

Senin, 06 September 2010

Do I miss him?!

Illah...
Aku rindukan lelakiku,,
yang takkan pernah menjadi suamiku, bapak dari anak2ku, aku rindukan lelaki yg patahkan sajak sendiriku. Yang karnanya airmataku menganaksungai tumbuhsuburkan harapan mandul.
Kurindukan dia sambil menangisi kegalauanku. Duhai, apakah keluarbiasaan yg sedang kurasa dan ratapi ini? Ya Illah...penguasa hatiku, tolong hentikan perih ini, tolong...sakit hyang jagat...

Senin, 30 Agustus 2010

LEBARAN

Lebaran itu
mengganti yg lama dg yg baru
sendal baru, baju baru, kopyah baru, pacar baru, ibu baru, selingkuhan baru
pokoknya semua serba baru.

Kamis, 26 Agustus 2010

Sedang kesengsem dg Serat Centhini

Serat Centhini mengisahkan perjalanan spiritualism anak-anak sunan giri saat melarikan diri dari prajurit mataram.

Aku tidak akan mengulas banyak, hanya satu nukilan kisah salah satu anak Sunan Giri bernama Amongraga yang akhirnya menikah dengan Tambanglaras. Ah, bukan kisah lebih tepatnya syair yang dia tujukan kepada istrinya tersebut.

"Cinta adalah karya agung yang mengubah nafsu menjadi nafas. Itulah jalan kematian besar, kenikmatan diluar kenikmatan tubuh"

"Kekasihku, di jalan ada jumpa dan sua kembali. Tetapi orang berjalan sendiri-sendiri. Kupikul ragaku menempuh kemegahan Suluk, dan kamulah tembang laras Suluk itu. Kau mengira aku pergi padahal aku mengembara di dalam dirimu"

Indah sekali, jadi ingin segera punya bukunya :(
Centhini, kekasih yang tersembunyi. Ini buku gubahan serat centhini yang di tulis Elizabeth inandiak, penyair asal prancis. Semoga bisa segera memiliki. :)

Selasa, 24 Agustus 2010

Persinggahan 13:59

Inspirated from My Name is Khan.

Aku setuju dengan teori fisika bahwa suara tertentu bisa meningkatkan denyut jantung seseorang. Setiap mendengar suaramu sayangku, jantungku selalu berdegup dengan keras.

Hanya ada dua perbedaan di dunia ini, baik dan buruk. Aku denganmu sayangku, memang berbeda. Kau selalu terlalu baik untuk bersanding dengan segala keburukanku. Ya, aku adalah keburukan bagimu, begitu penilaian yang kau berikan padaku. Kuterima semuanya dengan hati terbuka.

Aku tidak butuh pembenaran atau apapun atas apa yg kurasakan. Benar dan salah adalah sesuatu yg relatif.

Baiklah ini memang terlalu pribadi, tapi film ini sungguh menginspirasiku. Ada sesuatu yg harus kuperjuangkan, jika aku yakin bahwa apa yg memenuhi bilik rasaku ini adalah cinta, dan yg mencuri sejumput daging dalam dada ini adalah kau. Seperti seorang ritzwar khan, menepati sebuah janji demi orang yg dikasihi.

Mengertilah, sebenarnya aku hanya sedang mencoba membuang batas diantara kita, dan aku tetap tak bisa.

Satu hal yang kupercaya, cinta akan memenangkan segalanya.

(I'm so confused to be here, and try to listen all voice from my nightmare)

Senin, 23 Agustus 2010

Kutemukan cintaku lewat penerimaannya yg luar biasa

Maaf, harusnya tulisan kali ini tak perlu kuberi judul. Aku terlalu bahagia :)

Aku mulai bisa sedikit kendalikan rasaku. Dan lelakiku ternyata memiliki pengertian yg luar biasa untukku. Aku ingin baik kembali, kupapah langkah ke arah Illah demi sesuatu yg diam-diam menyimpan satu harapan, semoga nanti kita bisa dipertemukan kembali di alam yg kekal, pada kehidupan sesudah kematian.

Ada banyak semoga yg tiba-tiba ingin kupanjatkan. Seperti baru saja kusadari ke-maha-segalaan-nya Tuhanku. Rabb cinta ini indah, meski perbedaan masih menjadi penghalang yg nyata antara aku dengannya. Tapi bukankah Kau lebih tahu atas skenario yg telah kau susun untukku? Aku hanya bisa berharap kan segera ku temukan jalan itu. Dan seperti kata lelakiku, akhirnya semua akan indah pada waktunya.

Tuntun kami agar bisa segera menemukan telaga cintaMu duhai dzat yg Maha Mengasihi.

Minggu, 15 Agustus 2010

Memilah airmata

Siapa, ajariku memilah air mata. Kini jantungku tak berhenti sangat keras berdegup. Dug dug dug dug...seolah ingin lepas dari singgahsananya. Sakit terlalu lama memenuhi bilik rasa. Siapa, tolong ajari aku memilah air mata, untuk hidup yg hampir koma, untuk cinta yg buta, untuk kepedulian kepada sesama yg tak lagi peka; kepada Tuhan saat ku bersujud sembah memohon kemurahanNya.

Jumat, 13 Agustus 2010

Rindu yang menyapa tanya untukmu

Saat menepikanmu atas nama Tuhanku.

Tidak semudah itu lelakiku. Harus kulerai hawa dan nafsu. Lalu hati bertanya menjadi-jadi.

Begini, darah itu merah putih kan. Lalu kenapa ada biru, hitam, serta abu-abu? Bukankah itu semua karna kita mengada-ada? Memutuskan yg seharusnya tidak bisa diputuskan. Berlagak maha pintar, itulah ras kita kan lelakiku. Manusia, menganggap diri mahluk super cendekia.

Dengan pengkotak-kotakan aturan serba itu, aku jadi kelabakan akan cinta sesama mahluk yang kumaksudkan hanya tinggal untukmu ini lelaki. Padahal cinta ini adalah anugrah yang Dia berikan padaku, sebab rasaku luar biasa. Begitu tulus kupanjatkan segala pengharapan untukmu. Meskipun aku padamu bagaikan bumi yg rindu terpinang langit. Sejauh inikah aturan itu memisahkan jarak kita?

Andaipun kini kau menjadi golongan yg tidak terahmati, lalu apakah aku pantas menerima rahmat? Sedangkan hatiku telah mangkir kearahmu, lelakiku. Segala panjat dan mohon ampunku menyertakanmu dalam doa-doaku.

Cukuplah Dia yang mengetahui segala yang tersembunyi. Betapapun kukatakan aku setia, siapa yang akan mengira jika nanti hatiku kembali mangkir. Sebab aku hanyalah sebongkah raga yg dititipi seperangkat nyawa olehNya. Dialah yg Maha Membolak balik hati. Yang kutahu sampai detik ini masih kau yg kucintai, ditengah arus deras aturan-aturan yg seolah hendak menghanyutkanku.

Ratusan jam sudah aku menepikanmu, menikmati teduh wajahmu di hamparan langit bersama bintang dan rembulanmu di sana. Kadang airmata nakal menyusup diantara celah mataku, membebaskan rinduku bersama pelariannya hingga jatuh luruh diujung janggutku. Ah lelaki, lihatlah bahkan kau buat Pemilik Ruhku cemburu dengan caraku mencintaimu.

Lantas dogma seperti apa lagi yg akan menghujat kita? Teruslah bersembunyi dan mengingkari. Telah kau buat hatiku mencanduimu, dan seterusnya akan tetap begitu.

Aku bahagia diantara banyak hal sedih, dan yg paling sedih adalah setiap kali kusadari aku mencintaimu sendiri.

Selamat pagi lelakiku, kan kujemput kau dengan rinduku saat selesai aku menepi

Sabtu, 17 Juli 2010

Lelaki yang menggantungku itu..

Aku masih merasakan sakit di leherku. Cekikan tali yang melilit hampir di sekujur tubuhku itu membuatku merasakan sesak nafas hebat. Aku sudah menjerit sebisaku, berharap akan ada orang lain yang bisa menolongku. Tapi hingga satu bulan berlalu tidak juga kudapatkan pertolongan itu.

Tali-tali yang menjeratku itu semakin lama semakin kencang dan menyakitiku. Tapi anehnya tidak ada darah yang menetes, padahal aku merasakan perih luar biasa.

Hanya lelaki itu, lelaki yang entah sengaja atau tidak membuatkan perangkap untukku. Hanya dia yang bisa melepaskan jerat itu. Uh....tiap malam mulutku melolong kesakitan, hingga hantu-hantu dari kolong ranjangku pun berhamburan keluar demi menyaksikan tubuhku yg sekarat dijarah jerat itu.

Kepada Tuhan telah ku layangkan permohonan, tapi di mana pintu langit? Ah, aku lupa! Karena lelaki itu aku tidak lagi ingat di mana jalan menuju rumahNya. Lolonganku kian hari kian melemah, hingga yang terdengar kemudian hanya ringkih nafasku.

Sungguh tidak ada seorang biadab yang kutemui selain dia. Tidak ada pesona yang paling menjerumuskan kecuali senyumannya. Terkutuk! Segala macam serapah menjadi mantera yang ku deras dengan sepenuh hati. Untuknya, untuk lelaki yang menggantungku diantara hidup dan mati.

Minggu, 30 Mei 2010

Pindah Kantor (lageeee.....!!!)

Besok aku pindah tempat lagi. Padahal sudah tiga bulan aku merasa sangat betah tinggal dikantor yg sekarang kutempati ini.

Yang membuatku jengkel adalah pemberitahuan dari bos yang selalu mendadak. Padahal ini lagi musim hujan, dimana cucianku sedang subur tertumpuk dibak pojok kamar mandi. Aku belum mempersiapkan baju-baju bersih yg juga belum kusetrika.

Tapi dari itu semua sebenarnya yang paling menyedihkan adalah aku akan segera kehilangan dan pastinya akan sangat merindukan suasana tempat ini. Sapa orang-orangnya, suasana khas tiap paginya, teriakan-teriakan penghuninya. Ah...aku sedih, padahal sudah menaruh separuh hati disini. Sudahlah, toh aku memang bukan penghuni tetap disini. Aku pernah datang dan membuat cerita, mungkin besok dan seterusnya adalah saatku untuk mengenang segala yg pernah kutorehkan bersama mereka, para penghuni tempat ini.

Aku harus segera pejamkan mata, setidaknya kenyataan esok bisa lebih baik dr hari ini. Amin,, selamat pagiiii

Rabu, 05 Mei 2010

KEMARIN

kemarin adalah indah yang menyedihkan, kemarin adalah kenangan yang tak mungkin kuceritakan. kemarin adalah diam yang menyenangkan. mungkin memang hanya kemarin. tapi adanya waktu bukankah untuk meninggalkan jejak sebuah kenangan. kenanganku bersamanya, kenanganku yang berlari dari segala bentuk aturan-aturan baku.

mungkin memang hanya kemarin, tapi aku tetap juga tak bisa menyebutnya hanya. aku dan kenangan itu adalah hal luar biasa yang ingin kuabadikan. meski mungkin goresan pena tak menghendakiku tuk mengukirnya. aku akan tetap mengabadikannya, setidaknya pada ingatan yang masih setia merekam tiap detik kejadian itu.

kemarin kularikan cintaku bersamanya, bersembunyi dari mentari, berlari dari bisikan angin. hanya deminya, demi sesuatu yang bahkan sampai saat inipun kuragukan itu sebagai sebentuk cinta.

mungkin sesudahnya akan ada yang menjauh, sesudahnya tak lagi bisa kusapa ia sedekat itu. tapi kenangan telah mengabadikan segalanya untukku. lebih dari sekedar bingkai foto. rasa ini adalah bukti kehidupanku, bahwa degup jantung ini masih ada, meski seseorang itu tak sepatutnya mendapatkan rasaku.

CR my dear...
terima kasih untuk waktu yang diam-diam kau sisakan untukku. Indah ini akan kurasakan sampai lama sayangku, sebagai pengobat segala rinduku jika nanti kau tak bisa lagi berada didekatku. Aishiteru...

Jumat, 02 April 2010

Ada Yang Mendekatiku!!!

Hai, apa kabar? aku datang lebih cepat ya,, he…ya tak mengapa kan? Entahlah tiba-tiba gelisah datang lagi. Aku harus bercerita kepadamu, harus.

Ini tentang laki-laki yang sedang mencoba mendekatiku. Masih muda, seumuranku. Tapi entah kenapa rasanya aku tidak akan bisa menerimanya dihatiku. Ada sesuatu yang kurang, entah apa? Hah…aku ini memang keterlaluan ya. Masih untung ada yang mau denganku yang jeleknya nggak ketulungan ini.

Sebenarnya bukan karena dia tidak tampan atau bagaimana, menurutku dia lebih dari tampan. Dia juga mandiri, sudah bekerja dan sopan. Lantas apa lagi yang kurang Sari??? Aku gamang, ada ketakutan yang menyusup dipikiranku. Apa dia akan tetap menerima jika dia mengetahui keadaanku yang sesungguhnya? Lagipula mungkin dia hanya ingin bermain-main denganku, mempermainkan perasaanku yang sebenarnya sudah lama dikremasi hingga tak ada lagi.

Hei lelaki, apa kau pikir aku masih punya hati untuk bisa kau sakiti. Perasaan itu sudah lama mati, ketahuilah. Ada banyak tangan yang sudah mengoyak-koyaknya sampai habis tak bersisa.

Jadi apalagi? Apalagi yang kau harapkan dari seorang yang tak bernyawa sepertiku? Pergilah pergi, sejauh kau bisa berlari, sebab jika kau memaksa maka masa suram yang akan datang menghantuimu. Penyesalan panjang, segala duka, keputusasaan hanya itu yang kumiliki lelaki. Aku peduli maka itu aku memperingatkanmu. Tolong pikirkan sekali lagi, yang kau hadapi adalah jiwa seorang zombie yang penuh dendam kepada mahluk bernama lelaki, kau juga lelaki kan?! Maka menjauhlah, menjauhlah dariku selagi bisa.

Huft,, sudah selesai. Bagaimana, apa pesanku untuk laki-laki itu cukup jelas? Semoga dengan ini dia mau mengerti. Jahat? tidak…bukannya jahat, aku hanya tidak ingin kalau sampai nanti dia menjadi pelampiasan amarahku. Aku juga belum siap untuk disakiti lagi. Jadi ya begitu itu, aku ingin sendiri. Denganmu sebagai penyimak setia ceritaku itu sudah lebih dari cukup, terima kasih.

Selasa, 30 Maret 2010

Hai, kemarin aku absen ya? Hh...iya, aku sedang krisis, lebih dr krisis sebenarnya. Tahu tidak, sepeserpun aku tidak pegang uang sekarang. Lalu kenapa aku bisa poskan cerita baru disini, aku memakai sisa pulsa dihpku, haha..

Biar kuhabiskan sekalian. Aku ingin cerita kepadamu, dengarkan ya, eh bukan... maksudku baca baik-baik. Aku lupa kita kan tidak pernah berbicara.

Aku dapat teman baru, hari ini dia resmi pindah kemari. Tapi entah kenapa rasanya tidak senyaman dengan teman kantorku lainnya. Lihatlah kelakuannya, baru datang dia sudah mengacaukan semuanya. Data-data diyahoo hilang dia hapus semua. Haduh...belum-belum aku sudah dibuat jengkel. Sudahlah, semoga aku bisa segera cocok dengannya.

Lucu ya, aku masih bisa mengomentari temanku. Sementara aku sendiri kacau balau habis-habisan. Gajianku masih sangat lama, mungkin masih seminggu lagi. Aku harus puasa selama itu. Juga puasa bercerita kepadamu.

Jadi mungkin, ini adalah cerita penutupanku untuk bulan ini.

Hh...aku koq jadi kangen ibu ya? Ibu, apa kabar? Masihkah bisa tersenyum? Atau sedang mengkhawatirkan kami anak-anak ibu? Kemarin bapak kesini bu, mengantar anak temannya menyerahkan surat lamaran. Tapi aku semakin merasa kalau bapak adalah orang lain bagiku. Tapi bukankah sudah lama bapak berubah ya ibu,,

Ibu, aku ingin mengaduh, hanya kepada ibu. Selayaknya perbincangan antara anak perempuan dengan ibunya. Tapi aku malu bu, bingung darimana aku harus memulai pembicaraan? Entahlah, suatu saat aku pasti menceritakan pengaduhan itu. Jika porsi bahagia dihati ibu sudah lebih banyak dari sekarang. Aku tambah gemuk bu, ibu senang kan. Bukankah itu tandanya aku sedang tidak kepikiran apa-apa. Hehe..
Oia jangan lupa doakan Tiwi ya bu, bukankah dari kemaren dia ujian? Semoga ujiannya lancar ya ibu, supaya dia bisa lebih mudah mencapai mimpinya. Oia, hm..aku sayang ibu.

Eh, aku curhat sedikit tidak apa-apa ya. Itu adalah kata-kata yang ingin kusampaikan kepada ibu tapi tidak pernah sanggup kuucapkan bila kami sudah berhadapan.

Apa aku ini menyedihkan? Lihat saja dari wajahku kelihatan kan?! Haha..aku selalu saja membuat orang tertawa, dan aku selalu ikut-ikutan tertawa bersama mereka. Lalu untuk apalagi aku meratap? Aku sudah tahu dengan baik bagaimana cara senyum juga tertawa. Untuk sekarang itu sudah lebih dari cukup.

Tapi jika suatu saat tiba-tiba aku datang kepadamu dengan berbagai tangisan dan keputusasaan jangan kecewa ya. Aku ya memang begini ini, rancu.

Eh hujan,, bukan ding..gerimis. Aku mau menikmati soreku yg gerimis ini ya, ceritanya sampai disini dulu. Kalau kondisiku sudah membaik aku pasti kembali, dengan cerita-cerita tidak jelasku tentu saja.

Sudah ya, selamat menikmati senja.

Minggu, 28 Maret 2010

selamat malam....
Rasanya tidak ada yang ingin aku ceritakan saat ini. Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa setiap hari aku akan bercerita kepadamu, tentang apa saja, termasuk juga hal yang sebenarnya sangat tidak ingin aku ceritakan.

Aku melanjutkan lagi cerita film pasir berbisik. Dan tahu tidak, semakin mirip saja aku menilai diriku sendiri dengan Daya. Konflik batin, alur kehidupan, juga permasalahannya. Kami sama-sama hidup ditempat pinggiran, hampir tidak pernah diperhatikan, memiliki banyak tanggungan, dan sama-sama tidak mengerti dengan jalan kehidupan.

Aku dihadapkan kepada dua pilihan, bahagiaku atau bahagia mereka kedua orang tuaku, sementara bahagia bagi mereka adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Tapi untungnya aku tidak sendirian, kami berempat, aku dengan saudara-saudaraku menanggung mimpi dikantung mata yang sama.

Ya sudahlah aku tidak sanggup melanjutkan lebih banyak lagi cerita hari ini. Maaf ya. Sduah malam, aku undur, selamat bermimpi.

Sabtu, 27 Maret 2010

Hujan

Sedang khusyu menggonta-ganti chanel tv dikantor, sepi. Tiba-tiba hujan mengguyur disini, seketika lebatnya, tak ada peringatan sama sekali. Langit juga terang, cuaca apalagi, puanaasss kipas-kipas panas puanas...hehe.

Tapi hujan yg tiba-tiba ini jadi menarik perhatianku. Kuletakkan remote tv, lalu menikmati irama yg dihasilkan oleh guyuran hujan yg membentur jalan raya, genting diatas bangunan kantorku, serta atap-atap lainnya. Sedikit berbeda karna jarang sekali ada hujan lebat yg berdampingan dengan sinar terik matahari. Biasanya kalau sudah hujan ya hujan, temannya tentu saja awan gelap, petir, dan angin kencang.

Tapi fenomena hujan barusan jadi membuka matahatiku, iya...
Bahwa didunia ini tidak ada yg tidak mungkin. Jika alam saja berpihak pada ketidakmungkinan kenapa manusia tidak? Seperti perbedaan yg harusnya bisa berdampingan, peperangan yg berakhir damai, dan kemiskinan yg segera terentaskan, itu semua mungkin kaaann. Dan aku juga berhak berharap demikian.

Hah., aku masih takjub dengan hujan yg tak juga segera usai ini. Juga semangat orang-orang dihalte yg tidak terganggu dengan kedatangan hujan. Mereka tetap semangat, teriakan mereka tetap sama. Bahkan dimataku bis yg sedang berhenti di halte ini semakin terlihat memukau dg rinai hujan dikaca jendela serta wajah-wajah penuh penantian didalamnya.

Hujannya sudah berhenti, aku kebelakang dulu ya. Menikmati aroma tanah sehabis hujan dilatar depan kamarku. Baunya khas, menentramkan dan aku suka menghirupnya dalam-dalam. Mau mencoba menikmati aroma hujan sepertiku? Nantikan dulu hujan datang kepadamu, dan pastikan rumahmu tak akan banjir setelah hujan ya..hehehe,.

Oia CRku pulang hari ini, biasanya dia membawakan oleh-oleh cerita untukku. Hm hem hem... :)

Sudah y, semoga besok aku bisa memberikan ceritaku lagi. Jempol tanganku benar-benar ngilu karena aku harus mengetik banyak huruf di keypad henpunku. Tapi tentu saja itu tidak menyusutkan semangatku untuk menceritakannya kepadamu kawanku.

Hihi aku cerewet ya, ya sudah aku sudahi sampai disini ceritaku, selamat sore.

Jumat, 26 Maret 2010

Pasir Berbisik ( dan akupun membisiki sesuatu kepadamu,, dengarkanlah)

Sembari melihat film ini aku sedikit merenung. Betapa jauhnya hari ini dengan kemarin. Hari ini tidak kudapati cerita menarik lagi seperti film ini, yang kualitas seni dan penyampaian moralnya begitu tinggi. Sekarang yang ada hanya film-film yang berlomba menarik peminat dengan mengumbar banyak aurat, banyak adegan maksiat.

Aku masih menikmati film ini, melihat tiap gerakan pemeran yang penuh penghayatan. Makan dengan piring seng, aku jadi ingat tumpukan piring seng dirumah yang sekarang sudah banyak lubang didasarnya. Dulu aku suka sekali makan dengan piring itu, saat pulang aku juga masih sering menggunakannya, sambil muluk (makan dengan tangan) tentu saja. Tapi ibu sering menegurku, katanya piring itu sudah tidak layak dipakai karena lubangnya menganga diempat penjuru mata angin, haha. Tapi tetap saja aku memakainya, habis sudah terlalu sayang dengan piring itu.

Gara-gara hal itu ibu bilang aku aneh, padahal tidak. Sebenarnya diam-diam aku senang memperhatikan tingkah laku ibuku, dan ternyata sifat yang kata ibuku aneh itu menurun dari dirinya sendiri! Ibu paling tidak bisa membuang barang-barang yang sudah layak disebut rongsokan, seperti panci bekas, kabel-kabel, buku-buku pelajaran. Kalau tidak terpaksa karena keadaan, ibu akan membiarkan barang-barang itu terkumpul pasrah dipojok kamar belakang, tempat tidurku dulu sebelum aku bekerja dan menjadikan rumah sekedar tempat persinggahan mengusir lelah.

Melihat film ini aku jadi merasa kalau ibuku itu dulu mirip ibunya Daya, selalu tahu apa yang kulakukan. Tapi sekarang tidak lagi, setelah hampir dua tahun belakangan ini frekuensi pertemuanku dengan ibu jadi berkurang. Jika dulu setiap hari kami bersama dan hampir tiap hari juga aku mendapat omelannya, sekarang hanya tinggal dua kali dalam sebulan aku bisa menikmati keayuan diwajah bundar miliknya. Aku kadang merindukan saat-saat aku dimarahi habis-habisan olehnya. Rindu dimanjakan olehnya saat sakit bertandang ditubuh dekilku. Tapi itu semua tinggal masa lalu, sekarang memang tidak sebahagia dulu. Tapi katanya bahagia itu diukur dari cara seseorang untuk bisa merasakan bahagia itu sendiri. Dan bahagia bagiku adalah senyuman yang terukir diwajah para kekasihku, hm...aku mulai sok berpuisi lagi deh, maaf ya.

Kembali lagi ke filmnya Anak, setting tempat film ini juga bagus. Katanya sih dulu syutingnya digunung Bromo, aku sendiri belum pernah kesana mungkin nanti, entah nanti yang kapan? Lalu pertemanan Daya dengan Sukma, sesuatu pertemanan yang menurutku sederhana tapi tulus dan apa adanya.

Ibu Daya selalu melarang gadis itu untuk tidak melakukan hal-hal yang menurutnya tidak baik, bahkan untuk melihat acara manggung buleknya yang penari itupun ibu tidak mengijinkan. Karena memang ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, begitu juga ibuku :D.

Tapi sekeras apapun larangan itu toh satu dua hal akan luput dari pandangannya karena bukankah mata manusia untuk melihat itu sangat terbatas. DAn seorang anak selalu ingin mengetahui hal-hal baru, dulu akupun begitu.

Aku semakin hanyut dengan cerita ini, seolah tanpa sadar ada cermin dihadapkan kemukaku saat aku menontonnya. Harapan, masa depan, dan kekhawatiran semuanya tergambar jelas. Ya, aku melihat diriku sendiri, meski dalam konteks yang berbeda dan mungkin sedikit lebih parah, aku lebih suram dari seorang Daya. Aku sekarang lebih memposisikan diriku sendiri sebagai bayangan. Yang mungkin suatu saat bisa memberikan teduh kepada yang membutuhkan.

Aku...daya, ah berbeda, ternyata kami memang berbeda. Aku menikmati sekali cerita ini, semoga akan ada film-film berkualitas lainnya. Tentang perempuan, tentang pengesampingan, tentang bagaimana perempuan menjadi sosok figuran, ada saat dibutuhkan, tapi menghilang begitu selesai segala urusan. Begitu juga aku sekarang, karena itulah mengapa aku senang memposisikan diriku sebagai bayangan, bukan malah bermimpi menjadi Dewi Sinta yang suatu saat akan dipersunting Rama. Percuma saja kan kalau pada akhirnya kecolongan juga oleh Rahwana.

Sudah malam, mas yang punya net sudah berkali-kali batuk memberi kode supaya aku cepat-cepat pulang. Hehe...hari ini cukup sekian ya, selamat malam.
Kepergian dan kepulangan, dua hal yg selalu menjadi perenungan bagiku. Bagaimana tidak? Tempatku bekerja setiap hari berhubungan dengan dua hal tersebut.

Kadang aku ingin menjadi bagian darinya, melakukan perjalanan jauh mencari sesuatu, sesuatu untuk bisa kubawa pulang. Tapi apa, apa yg ingin kubawa pulang? Bahagia, sesuatu yg bahkan hingga saat ini belum sepenuhnya kumengerti. Bahagia bagiku adalah saat dimana bisa kulihat senyum orangorang terkasihku mengembang sepanjang hari. Tapi sampai sekarang senyum yg seperti itu belum juga bisa kutemukan. Apakah aku memang harus melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan senyuman itu?

Mudah saja sebenarnya jika aku ingin segera beranjak pergi. Halte bus didepanku ini, saban hari tak berhenti menggodaku untuk ikut serta melaju bersama bis-bis yg datang kemari.

"ayo-ayo trenggalek tulung agung. Jogja-solo!!" begitulah teriakan para makelar bis. Aku ingin ikut, ingin sekali. Tapi aku bukan orang bebas, yg dengan gampangnya mengambil suatu tindakan.

Ah..lagi-lagi soal aturan. Manusia hidup penuh dengan aturan ya. Tapi kalaupun aku memaksa pergi, akan ada banyak kesusahan yg mengikutiku.

Ya sudahlah apa kata nanti, kuikuti saja tangan takdir yg masih menggiringku ini. Sudah maghrib, aku harus setoran dosa kepada pemilikku, hehe.

Selamat sore.

Rabu, 24 Maret 2010

Sedang sendirian. Tadi teman kantorku yg lagi libur datang, mengambil titipan boneka dan sepatunya. Senang sekaligus sedih melihat temanku itu. 2 bulan lagi insyaalloh dia nikah. Senang karena akhirnya dia akan segera mendapatkan jodohnya, sedih karna dia juga akan meninggalkan kami semua, rekan kerjanya termasuk aku. Calon suaminya berencana memboyong temanku ke kalimantan, ketempat kerjanya.

Lalu lagilagi pertanyaan luarbiasa mengganggu itu muncul lagi, aku kapan ya? Haha, berkalikali juga aku menepis pertanyaan konyol itu. Aku masih 21 tahun kan, masih banyak waktu yg kupunya untuk berusaha. Biarkan saja cemas itu dibawa angin kesegala arah. Aku bahagia, masih bahagia dengan status lajangku, hehe.

Aku masih punya keluarga metalku, juga...CR,, dengan mereka saja cintaku sudah penuh, bagaimana bisa aku menyisakan ruang lagi?! Mungkin bisa, saat itu adalah saat dimana CR benarbenar berlalu dari kehidupanku. Kapan?! Entah, entah bisa lenyap atau tidak sebab meski setiap bulan selama 2 minggu aku pasti tidak bisa menghubunginya aku tetap bertahan dengan perasaan ini. Dia pelengkap bahagiaku, dia pelarianku saat aku kehilangan kehangatan dikeluargaku. Dia...CR, masih malaikatku, meski aku tahu dibalik jubah sayapnya dia menyimpan tanduk iblis. Dia mengincar sesuatu dariku, aku tahu. Tapi begitulah, hubunganku dengannya hampir seperti berjudi, aku dan dia samasama bertaruh. Dan selama ini akulah yang memenangkan pertaruhan. Entah sampai kapan aku bisa menekan egonya itu, ego untuk menguasaiku. CR sayangku, jika saja hubungan kita tidak serumit ini. Tahukah bahwa dibalik genggaman jemari kita terdapat sekat yg tak pernah kita sadari keberadaannya. Kita terpisahkah oleh jurang tak kasat mata. Kedekatan kita yang begitu jauh, bagaimanapun rasa ini ada untukmu.

Karena itulah, kita nikmati saja seadanya hubungan kita. CR, aku menunggu kepulanganmu, menunggu usapan jemarimu tuk membendung air mataku. Aku sedang superduper pusing, aku butuh kau tuk kusandari.

Sudah, begitu saja ya. Sudah terungkap kangenku, sudah datang temanku, sekarang saatnya aku tidur. Bermimpi disiang hari tentang CRku. Selamat siang.

Hari berat?!

Hum...hai, apa aku harus menanyakan kabarmu? Yang jelas saat ini aku sedang baik, meski tak begitu baik.
Oia, ada kabar sedih, besok teman sekantorku dipindah. Lumayan jauh, diluar kota. Huh, menulis di keypad henpun ternyata uji kesabaran tersendiri ya, pegeeeel.
Ya..sudahlah banyak yang ingin kuutarakan memang, jadi biarkan saja jariku sedikit membengkak dan senut-senut.
Untuk besok ini pasti akan menjadi hari super berat untukku. Betapa tidak, aku ditinggalkan momonganku. Momonganku yg terbaik, karena dia tidak pernah rewel ataupun bawel kepadaku. Apa aku siap ditinggalkan sendirian dg tanggung jawab ini? Entahlah, lihat saja nanti,, kebiasaanku mangkir pasti akan mempersulitku nanti.
Parahnya malam ini aku justru ditinggal sendirian, temanku tersayang ini pulang kerumahnya.

Senin, 22 Maret 2010

hanya ingin menulis saja. Humh... aku tambah genduuuuuuuuuttt,, haha.. iya kata orang-orang begitu, kataku juga. Soalnya aku merasa juga kalau perutku tambah buncit. Sampai ada yang menyuruhku diet segala, ow ow perhatiannyaaaaa hihihi.

Kok tiba-tiba aku curhat terang-terangan begini?? ya sudahlah, biar kau tahu juga kan bagaimana perasaanku sebagai yang terlupakan, hehe. Tapi aku hepi dengan keadaanku yang sekarang. Tak dilihat, dan tak didengar, kadang memang menyakitkan. Tapi ternyata aku sudah terbiasa dengan hal ini, aku diacuhkan dan mengacuhkan.

Tentang kegendutanku, biarkan saja, biar semakin lebar semakin besar semakin tak terkendali. Kemarahanku ini kalau diukur dengan berat badanku masih belum seberapa. Masih juaaaaaauuuuhhh lebih besar perasaan dongkolku sebagai yang terlupakan. Dulu dan sekarang sama saja sih. Coba ada yang mau mendengar?! Ah ya, aku lupa bukankah sekarang ada kamu,,, hehe. Dan juga my CR dan juga malaikat daaaannnn Tuhanku....

Mbak ponakan juga kemarin tunangan, harusnya masuk catatan tgl kemarin ya, tapi kemarin benar-benar tidak berpikir kesana. Aku hanya meng-upload di facebookku saja. Jadi sekarang sekalian bayar hutang woro-woro tunangannya simbak ponakanku yang tomboy habis-habisan itu.

Sebenarnya aku iri juga sih, minder, haduh...kalau sudah begini susaaaaah. Maunya aku sembunyi dibawah tumpukan bantal tidak usah bertemu orang-orang. Jelek sekali ya sifatku ini. Yah sebenarnya aku kan memang tukang minder, hanya selama ini selalu kututupi dengan sikap cuekku. Padahal kalau ada orang komentar sedikit saja tentangku, terutama body bomberku ini, wuihhh rasanya aku mau nangis saat itu juga, sekeras-kerasnya didepan orang yang mengataiku itu.

Kapan ya....kapan aku mau kemananya??? halah bingung,, pokoknya ada atau tidak aku juga harus berusaha mencarinya toh, mencari sang pendamping hidupku itu. Semoga cepat dipertemukan, biar my CR juga tidak kerepotan tiap hari mendengar pengaduhan dariku.

hari ini cukup sekian ya, mas yang punya net dah mau tutup,, mumpung belum diusir, hihihi selamat malam...

Rabu, 17 Maret 2010

17 Maret so tired


capeeeeeeeeeeeeekkkk,,
ingin menangis sesenggukan, sampai keluar ingus, sampai tergugu, sampai teratur suara isakanku. Tapi lagi-lagi perasaan lain bicara, bertitah jangan seperti anak kecil. Bukan saatnya lagi hanya membenamkan kepala dibalik tumpukan bantal, serta mengusapkan ingus pada kerah baju. Ya, memang ada yang lebih penting lagi yang harus aku lakukan. Tapi kejadian sehari tadi, membuatku benar-benar ingin tenggelam dalam simphoni tangisanku.

huaaaa ahuuhuhuhuhuhuhu. Benar-benar tidak sanggup lagi, tapi kemana airmata mengalir? hei dia pergi, atau dia tidak sudi lagi bergulir membentuk aliran sungai dipipiku?? kenapa? aku butuh lampiasan,, tega sekali?! baiklah aku memang tidak pernah lagi menangis, atau jarang menangis, itu karena sebab yang tak ingin kubuat-buat tapi memang menjadi sebab paling mujarab. Aku letih sekali, karena itu aku enggan menangis lagi.

Tuhan melihatku menangis, maka selalu Dia usap airmataku, dengan hadiah-hadiah mimpi yang kuingini. Tapi aku malu, aku malu selalu lemah dihadapanNya, aku ingin kuat, tapi...tapi...Tidakkah Engkau cukupkan kesabaranku Tuhan?? Ya Illah....

Bukan beban yang sedang kurasakan, ini hanya ujian, tidak benar-benar beban. Jika dibandingkan saudaraku yang jauh berjuang dikegelapan, dipeperangan, aku tidak sedang menanggung beban. Tapi aku memang terlalu lemah Tuhan, terlalu gampang menyerah, pada nasib, pada keadaan, pada keputusan.

Kapan aku benar-benar akan menemukan kekuatan itu? Ada, katamu tapi dimana? disana didegup jantung paling dalam, tersembunyi lirih wirid-wirid lemah disepertiga malam.
Lalu kapan aku bisa menangkupkan tangan dan membasuhnya biar aku diam, biar aku terpuaskan?? setiap waktu kau terjaga dan dengan sadar melantunkan doa.

semoga...semoga letihku tersudahkan, membasuhnya dengan airmata, aku akan tergugu. LAgi tergugu, biar airmataku menjadi sumber bening yang menghanyutkan seluruh penatku.
Jika memang uji bisa menyadarkan betapa aku tak Pernah Kau tinggalkan Tuhan...maka ijinkan kuhayati lagi, letih yang menjulur dikening, dimata, dan hatiku.

Minggu, 14 Maret 2010

SEPENGGAL MALAM

sepenggal malam kugarang.
ah puisi, aku bungkam malam ini.
biarlah kata kata berhamburan.
sedang tak ingin bernegosiasi.
mendengarkan yang tak mungkin didengar.
bising di balik tirai langit.
daripada harus kudengar kata-kata.
yang berujar, yang katanya punya batasan.
bukankah yang akan kubangun ini sebuah
benteng, bukan kalap yang terbentang,
tapi tetap saja kata-kata larangan yang keluar.
aku benci kata-kata.
seisi rangkuman takkan bisa sembuhkan relaku.
rela sebuah laku, demi yang katanya bakti.
tapi harus kusimpan angan-angan.
laku apa itu?
ah, kata-katamu hanya senapan larangan.
melukaiku, mematikanku.
aku benci kata-katamu, dan apa semua itu.
kau bicara tentang saru.
sementara tanganmu tak henti melumat gincu.
kalau begitu aku saja yang memapah malam.
bercumbu waktu hingga rebah diranjang.
dan kau tak perlu lagi mengataiku saru.
tak, tidak, bukan lagi sebatas kata-kata.
diammu diamku sama saja.
aku benci kata-kata.

Jumat, 05 Maret 2010

dear my CR

hari ini, merasakan rindu untuk seorang berdarah abu-abu, haha...
resah, rindu benar-benar rindu. apa memang hanya ini yang bisa dikerjakan bocah desa sepertiku, tak habis-habisnya menyulam mimpi buram begini?
sudah malam, tapi mimpi entah lari kemana, dan lagi-lagi aku cuma bisa bicarakan disini. sayangku sayangku sayangku
betapa banyak harap kularung disela isak tangisku, aku rindu.

Minggu, 28 Februari 2010

HM...
itu tadi sedikit tentang gandrung yang kucopy dari mbah google. mempesona bukan?!
cantik tentu saja. sejak mengenal tarian itu aku seperti tergila-gila dengan gandrung. tarian ini seperti mengandung magnet yang menarikku untuk terus mengikuti, mendengar dan merasakan pesona yang diapncarkan para penari juga tabuhan-tabuhannya.

gandrung bagi kotaku sendiri sudah menjadi budaya yang wajib diikuti oleh siswa-siswa sekolahan. sayang aku tidak pandai menari. aku hanya senang mengikuti dan menikmati pertunjukannya. tapi bagiku gandrung adalah sebuah jiwa. dimana kudengar irama gandrung maka dengan sendirinya langkahku akan mencari sumber suara itu.

bukannya aku narsis dengan kota kelahiranku ini, tapi memang beginilah Banyuwangi.
Kau tahu, satu kata untuknya

"I Love You Full Banyuwangi!!"

GANDRUNG BANYUWANGI


Gandrung Banyuwangi berasal dari kata "gandrung", yang berarti 'tergila-gila' atau 'cinta habis-habisan' dalam bahasa Jawa. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, lengger di wilayah Banyumas dan joged bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).
Sejarah
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
Tata Busana Penari
Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
Lain-lain
Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.
Musik Pengiring
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.
Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electon

LELAKI SETENGAH SINTING ITU NAMANYA SIS...

Lelaki sinting itu masih setia didepan tempat kerjaku. Sudah berbulan-bulan, bahkan sebelum aku dipindah ditempat ini. Mungkin aku belum pernah cerita, ah ya aku memang tidak pernah bercerita kan. Mungkin harus kuceritakan dari awal siapa dia.
Dia pria, tentu saja. Berbadan tirus ( tinggi kurus ) rambutnya gondrong melebihi bahu, selengan tangan. Tambutnya ini selalu dibiarkan terurai. Kakinya timpang, tapi itu bukan karena cacat bawaan. Begini cerita menurut orang-orang disekitar tempat kerjaku.
Sis, dia jadi timpang begitu sejak mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Tulang kakinya menonjol keluar, dan keluarganya tidak peduli dengan kecelakaan yang menimpa dirinya. Kenapa begitu? Itu masih menjadi pertanyaanku pribadi hingga kini.
Sejak kapan sis jadi sinting begitu aku kurang tahu, tapi penyebabnya sebenarnya cukup sederhana dan klise, urusan cinta. Dia jadi sinting karena seorang gadis yang dicintainya menolak cinta lelaki malang ini. Ditambah kesenangannya minum arak, bir, dan sejenisnya membuat pikirannya tambah tidak waras. Kalau sudah mabuk dia bisa teler hingga berhari-hari.
Yang tidak kusukai sebenarnya cara dia bertingkah, selalu saja aku dan teman satu kantorku yang dia ganggu. Pernah dia hampir memegangku, tentu saja aku marah besar, kumaki-maki dia dengan kasar. Dan dia pergi dengan meninggalkan ocehan seperti biasanya. Entah kenapa setelah memarahinya seperti itu aku sangat sangat sangat menyesal. Aku jadi seperti ikut-ikutan gila. Apa bedanya aku dengan sis? Lelaki sinting itu? Tidak ada aku dan dia memang sama-sama sinting itu memang benar kan…
Tapi biar begitu sis masih saja menjadi penunggu paling setia tempat kerjaku. Meski sudah kularang masuk, dia bertahan dengan caranya sendiri. Dengan duduk-duduk didepan tempat kerjaku. Yang menyebalkan ocehannya semakin menjadi. Haha..kadang dia melihat kearah kami sampai lama, kalau sudah begitu temanku Cuma bisa bergidik ketakutan.
Sis entah harus dengan cara apa aku menghadapimu. Kuakui aku kalah, aku tidak seteguh kau dalam pertahankan kemauanmu. Lelaki sinting yang bahkan saat kutinggal kewarnet untuk merampungkan tulisan ini sudah meringkuk manis di kursi kayu panjang didepan tempat kerjaku.
Tahukah sis, aku megnhormatimu juga dengan caraku.

Sabtu, 27 Februari 2010

SUARA


Ketika sesuatu yang kutunggu tak juga datang, aku mulai bertanya-tanya kembali. Pertanyaan yang selalu timbul tenggelam meninggalkan resah tak kesudahan. Benarkah dia yang kutuju, dewasaku? Detik seolah kehilangan waktu pada detak jantungku. Atau justru aku yang sedang berlari dari semua itu?!

Aku sudah tua ibu, diusiaku yang hamper dua puluh satu aku memang sudah semakin tua kan ibu..

Aku ingin menjadi garis tawa dibibir ibu, aku ingin menjadi senyuman untuk adik-adikku, aku ingin menjadi jalan saat bapak tersesat dan ingin pulang, aku ingin menjadi sebuah pohon yang kokoh saat mas butuh sandarang dan naungan. Aku ingin menjadi segalanya. Tapi senyuman itu, tawa itu, gamang itu, letih itu…..haaaaahhh

Aku terlalu tidak peduli hingga kuputuskan untuk berlari. Aku terlalu takut hingga aku memilih untuk sendiri. Ditempat ini, ditempat kukais sekeping logamselalu kucari jalan keluar, tapi nihil. Aku hanya menemukan jalan buntu dan sebuah jurang. Seolah tak ada lagi tempat yang bisa kusinggahi.

Mencatat setiap kejadian, merenungi setiap pemberhentian.

Dihalte tempat kucuri dengar bising teriakan makelar bus, tempat menggelegarnya nyanyi sumbang pengamen, tempat meratap-ratap ibu pengemis dan bayi dalam gendongannya. Tak kutemukan juga makna ku ada. Aku seperti pencatat, tanpa pernah bias jadi penterjemah rasa.

Diwarung maya, tempat kucuri tawa sumringah dan sapa hangat, aku jadi seperti sedang mencurangi kalian, kekasihku. Tegakah kutelan sendiri tawa dibibirku? Aku gamang, aku tak bias sendirian. Aku sadari aku lebih senang saat kita menangis bersama. Saat bagaimana kita nikmati tempe bakar dan secobek sambal dengan senyuman. Aku rindu obrolan kita tentang lebih nikmat mana mie instan rasa soto dengan rasa kare sambil kita nikmati sebungkus mie instan rasa kare ramai-ramai dalam satu mangkuk besar.

Aku kalah ibu, saat harus kutulis lagi apa itu perasaan? Rasaku yang hampir mati, rasaku yang menerus sendiri, rasaku yang hampir lupa bahwa aku masih punya beban tanggung jawab akan sebuah rekah yang harus kugoreskan dibibir kalian.

Aku terombang ambing akan sebuah makna tentang cinta. Padahal aku sendiri tidak tahu apa itu cinta?! Aku terlalu sederhana mengartikannya dengan hanya sebuah getar dan degup jantung yang menggila.

Berpuluh purnama aku hanyut olehnya, oleh kesederhanaan itu. Ya, cinta kepada mahluk bernama lelaki itu membuatku bingung bagaimana harus bersikap. Aku melupakan sebuah rasa yang harusnya lebih aku perjuangkan, yaitu rasaku pada kalian.

Suara-suara makin mendengung menggaung dilobang kegalauanku, disini dan hanya disini aku berani berkata aku cinta kalian kekasihku. Biarkan aku perjuangkan bahagiaku dan senyumanmu dengan terus kurenungi getir dari pahit yang sedang kita kecap kini.

Senin, 22 Februari 2010

Selembar Kertas & Sebuah Pena

Saat aku patah hati aku akan butuh selembar kertas dan sebuah pena. Untuk mengucurkan airmataku yang deras pada pipa kata-kata.

Tapi sekarang, selembar kertas dan sebuah penaku sedang mangkir, butuh merayunya beberapa hari untuk mau kusentuh dan tulisi lagi. Tangankupun gemetaran kali pertama kuraba lagi pangkal pena. Ah, benar-benar gemetarku seperti saat pertama kali bersua dengan pujaan hati.

Mungkin mereka mangkir dari dekapanku sebab aku lebih memilih tuts keyboard dan jejaring dunia maya untuk melampiaskan segala rasa kecintaan dan keinginanku. Tapi sungguh, selembar kertas dan sebuah pena, merekalah cinta pertamaku ketika kuselubungkan rasa dipipa kata-kata.

Gemetarku beberapa hari yang lalu membuatku lupa bahwa patah hatiku dengan lelaki masih membekas dan terasa. Tapi karena aku sibuk merayu selembar kertas dan sebuah pena aku jadi memiliki kekasih baru untuk bisa kurayu. Ya, kekasih baruku itu bahkan lebih manja dan menggoda.

Sebenarnya dulu dia hanya kuanggap sebagai tempat pelampiasaan tuk tuangkan amarah dan rasa kecewa. Hitam putih yang seirama kehidupanku, hitam putih yang sering kali luput mendapat sapa bahagiaku. Kini justru saat aku merasa terlupakan dan tersisih kembali, selembar kertas dan sebuah pena mengintip dibalik tumpukan usang buku-buku. Seolah mereka turut bersedih dan rindu dekap cumbu jari-jariku. Tapi begitulah, layaknya selingkuhan yang sudah lama terabaikan mereka merajuk, memalingkan muka kepadaku. Meski aku tahu mereka sebenarnya tidak begitu.

Diluar jendela kamar, gerimis masih setia bertandang. Mungkin dia juga tahu aku sedang patah hati. Rinainya mengetuk mesra kaca jendela. Maafkan aku hujan, aku tak bisa mentigakan mereka, karena nanti keduanya akan rapuh dan runyam dengan basahmu.

Jangankan kau, kepada titik airmataku saja mereka sudah kelabakan. Kalimatku menjadi buram. Karenanya aku mengerti ternyata selembar kertas dan sebuah pena, saat mereka sudah melebur dalam pipa kata-kata aku harus menjaga keduanya agar tetap harmoni biar bisa terus kubaca.

Kini aku memang masih sibuk merayu, bercerita kepada mereka bagaimana cintaku kepada lelaki kandas tanpa sisa. Tapi begitulah kekasih baruku, mereka begitu senang menampung cerita. Bahkan mereka menunggu dekapan tanganku selanjutnya. Tidak dengan bendungan airmata, tapi dengan seulas senyuman dan tarian jemari yang penuh gairah. Sembari kubisikkan kembali pada mereka ‘aku jatuh cinta’.

Kata Pertama 'Patah Hati'

Aku patah hati, dan memang patah hati yang sedang aku rasakan. bukan hanya sekali dua, tapi berulang-ulang. Tahu kenapa aku mudah sekali patah hati? karena semua mata sedang memandangku sebagai manusia super, berotot baja balung wesi!

Kenapa harus perempuan sepertiku? yang saat ini sedang berusaha meninggalkan sisa-sisa lukanya yang biru didalam senyuman paling syahdu? Dia pun juga begitu, sayangku yang memang tinggal satu-satunya sayangku. Yang dipundaknya kugelontorkan harapanku.

Sudah kuasingkan segala airmata berpuluh purnama lamanya, tapi tenyata dia telah menyiapkan bendungan dikantung mataku. Ya, semalam airmataku yang mirip banjir bandang tiba-tiba datang. Dan itu karenamu sayangku! ingin sekali kuteriakkan, dengan pengeras suara paling super tepat pada lobang telingamu.

"Aku menangis cintaaaaaaaaaaa!!!!"

Sudahkan airmata ini menggenangi hatimu?! Tidak akan ada sapa untukku lagi kan...aku ingin ajukan banding! Karena kau sudah perlakukanku layaknya pesakitan. Aku bukan penjahat yang sudah banyak mencuri waktumu.

Ah, tapi dia apakah bersedia mendengar dan membaca, bahkan untuk meraba dimana lukakupun dia tak bisa. aku jatuh cinta pada sebuah batu yang menjelma manusia.

Aku....aku bahkan sampai beberapa hari tergeragap karena senyumnya yang tlah menjadi candu bagiku.

Kata pertamaku disini memang harus begini, meski telah berulang kali kualami 'patah hati'