Minggu, 28 Februari 2010

LELAKI SETENGAH SINTING ITU NAMANYA SIS...

Lelaki sinting itu masih setia didepan tempat kerjaku. Sudah berbulan-bulan, bahkan sebelum aku dipindah ditempat ini. Mungkin aku belum pernah cerita, ah ya aku memang tidak pernah bercerita kan. Mungkin harus kuceritakan dari awal siapa dia.
Dia pria, tentu saja. Berbadan tirus ( tinggi kurus ) rambutnya gondrong melebihi bahu, selengan tangan. Tambutnya ini selalu dibiarkan terurai. Kakinya timpang, tapi itu bukan karena cacat bawaan. Begini cerita menurut orang-orang disekitar tempat kerjaku.
Sis, dia jadi timpang begitu sejak mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Tulang kakinya menonjol keluar, dan keluarganya tidak peduli dengan kecelakaan yang menimpa dirinya. Kenapa begitu? Itu masih menjadi pertanyaanku pribadi hingga kini.
Sejak kapan sis jadi sinting begitu aku kurang tahu, tapi penyebabnya sebenarnya cukup sederhana dan klise, urusan cinta. Dia jadi sinting karena seorang gadis yang dicintainya menolak cinta lelaki malang ini. Ditambah kesenangannya minum arak, bir, dan sejenisnya membuat pikirannya tambah tidak waras. Kalau sudah mabuk dia bisa teler hingga berhari-hari.
Yang tidak kusukai sebenarnya cara dia bertingkah, selalu saja aku dan teman satu kantorku yang dia ganggu. Pernah dia hampir memegangku, tentu saja aku marah besar, kumaki-maki dia dengan kasar. Dan dia pergi dengan meninggalkan ocehan seperti biasanya. Entah kenapa setelah memarahinya seperti itu aku sangat sangat sangat menyesal. Aku jadi seperti ikut-ikutan gila. Apa bedanya aku dengan sis? Lelaki sinting itu? Tidak ada aku dan dia memang sama-sama sinting itu memang benar kan…
Tapi biar begitu sis masih saja menjadi penunggu paling setia tempat kerjaku. Meski sudah kularang masuk, dia bertahan dengan caranya sendiri. Dengan duduk-duduk didepan tempat kerjaku. Yang menyebalkan ocehannya semakin menjadi. Haha..kadang dia melihat kearah kami sampai lama, kalau sudah begitu temanku Cuma bisa bergidik ketakutan.
Sis entah harus dengan cara apa aku menghadapimu. Kuakui aku kalah, aku tidak seteguh kau dalam pertahankan kemauanmu. Lelaki sinting yang bahkan saat kutinggal kewarnet untuk merampungkan tulisan ini sudah meringkuk manis di kursi kayu panjang didepan tempat kerjaku.
Tahukah sis, aku megnhormatimu juga dengan caraku.

1 komentar:

  1. "Tahukah sis, aku megnhormatimu juga dengan caraku"

    "maaf bila aku kurang paham caramu" kata Sis sambail ngeloyor...nah..

    BalasHapus