Sabtu, 17 Juli 2010

Lelaki yang menggantungku itu..

Aku masih merasakan sakit di leherku. Cekikan tali yang melilit hampir di sekujur tubuhku itu membuatku merasakan sesak nafas hebat. Aku sudah menjerit sebisaku, berharap akan ada orang lain yang bisa menolongku. Tapi hingga satu bulan berlalu tidak juga kudapatkan pertolongan itu.

Tali-tali yang menjeratku itu semakin lama semakin kencang dan menyakitiku. Tapi anehnya tidak ada darah yang menetes, padahal aku merasakan perih luar biasa.

Hanya lelaki itu, lelaki yang entah sengaja atau tidak membuatkan perangkap untukku. Hanya dia yang bisa melepaskan jerat itu. Uh....tiap malam mulutku melolong kesakitan, hingga hantu-hantu dari kolong ranjangku pun berhamburan keluar demi menyaksikan tubuhku yg sekarat dijarah jerat itu.

Kepada Tuhan telah ku layangkan permohonan, tapi di mana pintu langit? Ah, aku lupa! Karena lelaki itu aku tidak lagi ingat di mana jalan menuju rumahNya. Lolonganku kian hari kian melemah, hingga yang terdengar kemudian hanya ringkih nafasku.

Sungguh tidak ada seorang biadab yang kutemui selain dia. Tidak ada pesona yang paling menjerumuskan kecuali senyumannya. Terkutuk! Segala macam serapah menjadi mantera yang ku deras dengan sepenuh hati. Untuknya, untuk lelaki yang menggantungku diantara hidup dan mati.