Selasa, 30 Maret 2010

Hai, kemarin aku absen ya? Hh...iya, aku sedang krisis, lebih dr krisis sebenarnya. Tahu tidak, sepeserpun aku tidak pegang uang sekarang. Lalu kenapa aku bisa poskan cerita baru disini, aku memakai sisa pulsa dihpku, haha..

Biar kuhabiskan sekalian. Aku ingin cerita kepadamu, dengarkan ya, eh bukan... maksudku baca baik-baik. Aku lupa kita kan tidak pernah berbicara.

Aku dapat teman baru, hari ini dia resmi pindah kemari. Tapi entah kenapa rasanya tidak senyaman dengan teman kantorku lainnya. Lihatlah kelakuannya, baru datang dia sudah mengacaukan semuanya. Data-data diyahoo hilang dia hapus semua. Haduh...belum-belum aku sudah dibuat jengkel. Sudahlah, semoga aku bisa segera cocok dengannya.

Lucu ya, aku masih bisa mengomentari temanku. Sementara aku sendiri kacau balau habis-habisan. Gajianku masih sangat lama, mungkin masih seminggu lagi. Aku harus puasa selama itu. Juga puasa bercerita kepadamu.

Jadi mungkin, ini adalah cerita penutupanku untuk bulan ini.

Hh...aku koq jadi kangen ibu ya? Ibu, apa kabar? Masihkah bisa tersenyum? Atau sedang mengkhawatirkan kami anak-anak ibu? Kemarin bapak kesini bu, mengantar anak temannya menyerahkan surat lamaran. Tapi aku semakin merasa kalau bapak adalah orang lain bagiku. Tapi bukankah sudah lama bapak berubah ya ibu,,

Ibu, aku ingin mengaduh, hanya kepada ibu. Selayaknya perbincangan antara anak perempuan dengan ibunya. Tapi aku malu bu, bingung darimana aku harus memulai pembicaraan? Entahlah, suatu saat aku pasti menceritakan pengaduhan itu. Jika porsi bahagia dihati ibu sudah lebih banyak dari sekarang. Aku tambah gemuk bu, ibu senang kan. Bukankah itu tandanya aku sedang tidak kepikiran apa-apa. Hehe..
Oia jangan lupa doakan Tiwi ya bu, bukankah dari kemaren dia ujian? Semoga ujiannya lancar ya ibu, supaya dia bisa lebih mudah mencapai mimpinya. Oia, hm..aku sayang ibu.

Eh, aku curhat sedikit tidak apa-apa ya. Itu adalah kata-kata yang ingin kusampaikan kepada ibu tapi tidak pernah sanggup kuucapkan bila kami sudah berhadapan.

Apa aku ini menyedihkan? Lihat saja dari wajahku kelihatan kan?! Haha..aku selalu saja membuat orang tertawa, dan aku selalu ikut-ikutan tertawa bersama mereka. Lalu untuk apalagi aku meratap? Aku sudah tahu dengan baik bagaimana cara senyum juga tertawa. Untuk sekarang itu sudah lebih dari cukup.

Tapi jika suatu saat tiba-tiba aku datang kepadamu dengan berbagai tangisan dan keputusasaan jangan kecewa ya. Aku ya memang begini ini, rancu.

Eh hujan,, bukan ding..gerimis. Aku mau menikmati soreku yg gerimis ini ya, ceritanya sampai disini dulu. Kalau kondisiku sudah membaik aku pasti kembali, dengan cerita-cerita tidak jelasku tentu saja.

Sudah ya, selamat menikmati senja.

Minggu, 28 Maret 2010

selamat malam....
Rasanya tidak ada yang ingin aku ceritakan saat ini. Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa setiap hari aku akan bercerita kepadamu, tentang apa saja, termasuk juga hal yang sebenarnya sangat tidak ingin aku ceritakan.

Aku melanjutkan lagi cerita film pasir berbisik. Dan tahu tidak, semakin mirip saja aku menilai diriku sendiri dengan Daya. Konflik batin, alur kehidupan, juga permasalahannya. Kami sama-sama hidup ditempat pinggiran, hampir tidak pernah diperhatikan, memiliki banyak tanggungan, dan sama-sama tidak mengerti dengan jalan kehidupan.

Aku dihadapkan kepada dua pilihan, bahagiaku atau bahagia mereka kedua orang tuaku, sementara bahagia bagi mereka adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Tapi untungnya aku tidak sendirian, kami berempat, aku dengan saudara-saudaraku menanggung mimpi dikantung mata yang sama.

Ya sudahlah aku tidak sanggup melanjutkan lebih banyak lagi cerita hari ini. Maaf ya. Sduah malam, aku undur, selamat bermimpi.

Sabtu, 27 Maret 2010

Hujan

Sedang khusyu menggonta-ganti chanel tv dikantor, sepi. Tiba-tiba hujan mengguyur disini, seketika lebatnya, tak ada peringatan sama sekali. Langit juga terang, cuaca apalagi, puanaasss kipas-kipas panas puanas...hehe.

Tapi hujan yg tiba-tiba ini jadi menarik perhatianku. Kuletakkan remote tv, lalu menikmati irama yg dihasilkan oleh guyuran hujan yg membentur jalan raya, genting diatas bangunan kantorku, serta atap-atap lainnya. Sedikit berbeda karna jarang sekali ada hujan lebat yg berdampingan dengan sinar terik matahari. Biasanya kalau sudah hujan ya hujan, temannya tentu saja awan gelap, petir, dan angin kencang.

Tapi fenomena hujan barusan jadi membuka matahatiku, iya...
Bahwa didunia ini tidak ada yg tidak mungkin. Jika alam saja berpihak pada ketidakmungkinan kenapa manusia tidak? Seperti perbedaan yg harusnya bisa berdampingan, peperangan yg berakhir damai, dan kemiskinan yg segera terentaskan, itu semua mungkin kaaann. Dan aku juga berhak berharap demikian.

Hah., aku masih takjub dengan hujan yg tak juga segera usai ini. Juga semangat orang-orang dihalte yg tidak terganggu dengan kedatangan hujan. Mereka tetap semangat, teriakan mereka tetap sama. Bahkan dimataku bis yg sedang berhenti di halte ini semakin terlihat memukau dg rinai hujan dikaca jendela serta wajah-wajah penuh penantian didalamnya.

Hujannya sudah berhenti, aku kebelakang dulu ya. Menikmati aroma tanah sehabis hujan dilatar depan kamarku. Baunya khas, menentramkan dan aku suka menghirupnya dalam-dalam. Mau mencoba menikmati aroma hujan sepertiku? Nantikan dulu hujan datang kepadamu, dan pastikan rumahmu tak akan banjir setelah hujan ya..hehehe,.

Oia CRku pulang hari ini, biasanya dia membawakan oleh-oleh cerita untukku. Hm hem hem... :)

Sudah y, semoga besok aku bisa memberikan ceritaku lagi. Jempol tanganku benar-benar ngilu karena aku harus mengetik banyak huruf di keypad henpunku. Tapi tentu saja itu tidak menyusutkan semangatku untuk menceritakannya kepadamu kawanku.

Hihi aku cerewet ya, ya sudah aku sudahi sampai disini ceritaku, selamat sore.

Jumat, 26 Maret 2010

Pasir Berbisik ( dan akupun membisiki sesuatu kepadamu,, dengarkanlah)

Sembari melihat film ini aku sedikit merenung. Betapa jauhnya hari ini dengan kemarin. Hari ini tidak kudapati cerita menarik lagi seperti film ini, yang kualitas seni dan penyampaian moralnya begitu tinggi. Sekarang yang ada hanya film-film yang berlomba menarik peminat dengan mengumbar banyak aurat, banyak adegan maksiat.

Aku masih menikmati film ini, melihat tiap gerakan pemeran yang penuh penghayatan. Makan dengan piring seng, aku jadi ingat tumpukan piring seng dirumah yang sekarang sudah banyak lubang didasarnya. Dulu aku suka sekali makan dengan piring itu, saat pulang aku juga masih sering menggunakannya, sambil muluk (makan dengan tangan) tentu saja. Tapi ibu sering menegurku, katanya piring itu sudah tidak layak dipakai karena lubangnya menganga diempat penjuru mata angin, haha. Tapi tetap saja aku memakainya, habis sudah terlalu sayang dengan piring itu.

Gara-gara hal itu ibu bilang aku aneh, padahal tidak. Sebenarnya diam-diam aku senang memperhatikan tingkah laku ibuku, dan ternyata sifat yang kata ibuku aneh itu menurun dari dirinya sendiri! Ibu paling tidak bisa membuang barang-barang yang sudah layak disebut rongsokan, seperti panci bekas, kabel-kabel, buku-buku pelajaran. Kalau tidak terpaksa karena keadaan, ibu akan membiarkan barang-barang itu terkumpul pasrah dipojok kamar belakang, tempat tidurku dulu sebelum aku bekerja dan menjadikan rumah sekedar tempat persinggahan mengusir lelah.

Melihat film ini aku jadi merasa kalau ibuku itu dulu mirip ibunya Daya, selalu tahu apa yang kulakukan. Tapi sekarang tidak lagi, setelah hampir dua tahun belakangan ini frekuensi pertemuanku dengan ibu jadi berkurang. Jika dulu setiap hari kami bersama dan hampir tiap hari juga aku mendapat omelannya, sekarang hanya tinggal dua kali dalam sebulan aku bisa menikmati keayuan diwajah bundar miliknya. Aku kadang merindukan saat-saat aku dimarahi habis-habisan olehnya. Rindu dimanjakan olehnya saat sakit bertandang ditubuh dekilku. Tapi itu semua tinggal masa lalu, sekarang memang tidak sebahagia dulu. Tapi katanya bahagia itu diukur dari cara seseorang untuk bisa merasakan bahagia itu sendiri. Dan bahagia bagiku adalah senyuman yang terukir diwajah para kekasihku, hm...aku mulai sok berpuisi lagi deh, maaf ya.

Kembali lagi ke filmnya Anak, setting tempat film ini juga bagus. Katanya sih dulu syutingnya digunung Bromo, aku sendiri belum pernah kesana mungkin nanti, entah nanti yang kapan? Lalu pertemanan Daya dengan Sukma, sesuatu pertemanan yang menurutku sederhana tapi tulus dan apa adanya.

Ibu Daya selalu melarang gadis itu untuk tidak melakukan hal-hal yang menurutnya tidak baik, bahkan untuk melihat acara manggung buleknya yang penari itupun ibu tidak mengijinkan. Karena memang ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, begitu juga ibuku :D.

Tapi sekeras apapun larangan itu toh satu dua hal akan luput dari pandangannya karena bukankah mata manusia untuk melihat itu sangat terbatas. DAn seorang anak selalu ingin mengetahui hal-hal baru, dulu akupun begitu.

Aku semakin hanyut dengan cerita ini, seolah tanpa sadar ada cermin dihadapkan kemukaku saat aku menontonnya. Harapan, masa depan, dan kekhawatiran semuanya tergambar jelas. Ya, aku melihat diriku sendiri, meski dalam konteks yang berbeda dan mungkin sedikit lebih parah, aku lebih suram dari seorang Daya. Aku sekarang lebih memposisikan diriku sendiri sebagai bayangan. Yang mungkin suatu saat bisa memberikan teduh kepada yang membutuhkan.

Aku...daya, ah berbeda, ternyata kami memang berbeda. Aku menikmati sekali cerita ini, semoga akan ada film-film berkualitas lainnya. Tentang perempuan, tentang pengesampingan, tentang bagaimana perempuan menjadi sosok figuran, ada saat dibutuhkan, tapi menghilang begitu selesai segala urusan. Begitu juga aku sekarang, karena itulah mengapa aku senang memposisikan diriku sebagai bayangan, bukan malah bermimpi menjadi Dewi Sinta yang suatu saat akan dipersunting Rama. Percuma saja kan kalau pada akhirnya kecolongan juga oleh Rahwana.

Sudah malam, mas yang punya net sudah berkali-kali batuk memberi kode supaya aku cepat-cepat pulang. Hehe...hari ini cukup sekian ya, selamat malam.
Kepergian dan kepulangan, dua hal yg selalu menjadi perenungan bagiku. Bagaimana tidak? Tempatku bekerja setiap hari berhubungan dengan dua hal tersebut.

Kadang aku ingin menjadi bagian darinya, melakukan perjalanan jauh mencari sesuatu, sesuatu untuk bisa kubawa pulang. Tapi apa, apa yg ingin kubawa pulang? Bahagia, sesuatu yg bahkan hingga saat ini belum sepenuhnya kumengerti. Bahagia bagiku adalah saat dimana bisa kulihat senyum orangorang terkasihku mengembang sepanjang hari. Tapi sampai sekarang senyum yg seperti itu belum juga bisa kutemukan. Apakah aku memang harus melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan senyuman itu?

Mudah saja sebenarnya jika aku ingin segera beranjak pergi. Halte bus didepanku ini, saban hari tak berhenti menggodaku untuk ikut serta melaju bersama bis-bis yg datang kemari.

"ayo-ayo trenggalek tulung agung. Jogja-solo!!" begitulah teriakan para makelar bis. Aku ingin ikut, ingin sekali. Tapi aku bukan orang bebas, yg dengan gampangnya mengambil suatu tindakan.

Ah..lagi-lagi soal aturan. Manusia hidup penuh dengan aturan ya. Tapi kalaupun aku memaksa pergi, akan ada banyak kesusahan yg mengikutiku.

Ya sudahlah apa kata nanti, kuikuti saja tangan takdir yg masih menggiringku ini. Sudah maghrib, aku harus setoran dosa kepada pemilikku, hehe.

Selamat sore.

Rabu, 24 Maret 2010

Sedang sendirian. Tadi teman kantorku yg lagi libur datang, mengambil titipan boneka dan sepatunya. Senang sekaligus sedih melihat temanku itu. 2 bulan lagi insyaalloh dia nikah. Senang karena akhirnya dia akan segera mendapatkan jodohnya, sedih karna dia juga akan meninggalkan kami semua, rekan kerjanya termasuk aku. Calon suaminya berencana memboyong temanku ke kalimantan, ketempat kerjanya.

Lalu lagilagi pertanyaan luarbiasa mengganggu itu muncul lagi, aku kapan ya? Haha, berkalikali juga aku menepis pertanyaan konyol itu. Aku masih 21 tahun kan, masih banyak waktu yg kupunya untuk berusaha. Biarkan saja cemas itu dibawa angin kesegala arah. Aku bahagia, masih bahagia dengan status lajangku, hehe.

Aku masih punya keluarga metalku, juga...CR,, dengan mereka saja cintaku sudah penuh, bagaimana bisa aku menyisakan ruang lagi?! Mungkin bisa, saat itu adalah saat dimana CR benarbenar berlalu dari kehidupanku. Kapan?! Entah, entah bisa lenyap atau tidak sebab meski setiap bulan selama 2 minggu aku pasti tidak bisa menghubunginya aku tetap bertahan dengan perasaan ini. Dia pelengkap bahagiaku, dia pelarianku saat aku kehilangan kehangatan dikeluargaku. Dia...CR, masih malaikatku, meski aku tahu dibalik jubah sayapnya dia menyimpan tanduk iblis. Dia mengincar sesuatu dariku, aku tahu. Tapi begitulah, hubunganku dengannya hampir seperti berjudi, aku dan dia samasama bertaruh. Dan selama ini akulah yang memenangkan pertaruhan. Entah sampai kapan aku bisa menekan egonya itu, ego untuk menguasaiku. CR sayangku, jika saja hubungan kita tidak serumit ini. Tahukah bahwa dibalik genggaman jemari kita terdapat sekat yg tak pernah kita sadari keberadaannya. Kita terpisahkah oleh jurang tak kasat mata. Kedekatan kita yang begitu jauh, bagaimanapun rasa ini ada untukmu.

Karena itulah, kita nikmati saja seadanya hubungan kita. CR, aku menunggu kepulanganmu, menunggu usapan jemarimu tuk membendung air mataku. Aku sedang superduper pusing, aku butuh kau tuk kusandari.

Sudah, begitu saja ya. Sudah terungkap kangenku, sudah datang temanku, sekarang saatnya aku tidur. Bermimpi disiang hari tentang CRku. Selamat siang.

Hari berat?!

Hum...hai, apa aku harus menanyakan kabarmu? Yang jelas saat ini aku sedang baik, meski tak begitu baik.
Oia, ada kabar sedih, besok teman sekantorku dipindah. Lumayan jauh, diluar kota. Huh, menulis di keypad henpun ternyata uji kesabaran tersendiri ya, pegeeeel.
Ya..sudahlah banyak yang ingin kuutarakan memang, jadi biarkan saja jariku sedikit membengkak dan senut-senut.
Untuk besok ini pasti akan menjadi hari super berat untukku. Betapa tidak, aku ditinggalkan momonganku. Momonganku yg terbaik, karena dia tidak pernah rewel ataupun bawel kepadaku. Apa aku siap ditinggalkan sendirian dg tanggung jawab ini? Entahlah, lihat saja nanti,, kebiasaanku mangkir pasti akan mempersulitku nanti.
Parahnya malam ini aku justru ditinggal sendirian, temanku tersayang ini pulang kerumahnya.

Senin, 22 Maret 2010

hanya ingin menulis saja. Humh... aku tambah genduuuuuuuuuttt,, haha.. iya kata orang-orang begitu, kataku juga. Soalnya aku merasa juga kalau perutku tambah buncit. Sampai ada yang menyuruhku diet segala, ow ow perhatiannyaaaaa hihihi.

Kok tiba-tiba aku curhat terang-terangan begini?? ya sudahlah, biar kau tahu juga kan bagaimana perasaanku sebagai yang terlupakan, hehe. Tapi aku hepi dengan keadaanku yang sekarang. Tak dilihat, dan tak didengar, kadang memang menyakitkan. Tapi ternyata aku sudah terbiasa dengan hal ini, aku diacuhkan dan mengacuhkan.

Tentang kegendutanku, biarkan saja, biar semakin lebar semakin besar semakin tak terkendali. Kemarahanku ini kalau diukur dengan berat badanku masih belum seberapa. Masih juaaaaaauuuuhhh lebih besar perasaan dongkolku sebagai yang terlupakan. Dulu dan sekarang sama saja sih. Coba ada yang mau mendengar?! Ah ya, aku lupa bukankah sekarang ada kamu,,, hehe. Dan juga my CR dan juga malaikat daaaannnn Tuhanku....

Mbak ponakan juga kemarin tunangan, harusnya masuk catatan tgl kemarin ya, tapi kemarin benar-benar tidak berpikir kesana. Aku hanya meng-upload di facebookku saja. Jadi sekarang sekalian bayar hutang woro-woro tunangannya simbak ponakanku yang tomboy habis-habisan itu.

Sebenarnya aku iri juga sih, minder, haduh...kalau sudah begini susaaaaah. Maunya aku sembunyi dibawah tumpukan bantal tidak usah bertemu orang-orang. Jelek sekali ya sifatku ini. Yah sebenarnya aku kan memang tukang minder, hanya selama ini selalu kututupi dengan sikap cuekku. Padahal kalau ada orang komentar sedikit saja tentangku, terutama body bomberku ini, wuihhh rasanya aku mau nangis saat itu juga, sekeras-kerasnya didepan orang yang mengataiku itu.

Kapan ya....kapan aku mau kemananya??? halah bingung,, pokoknya ada atau tidak aku juga harus berusaha mencarinya toh, mencari sang pendamping hidupku itu. Semoga cepat dipertemukan, biar my CR juga tidak kerepotan tiap hari mendengar pengaduhan dariku.

hari ini cukup sekian ya, mas yang punya net dah mau tutup,, mumpung belum diusir, hihihi selamat malam...

Rabu, 17 Maret 2010

17 Maret so tired


capeeeeeeeeeeeeekkkk,,
ingin menangis sesenggukan, sampai keluar ingus, sampai tergugu, sampai teratur suara isakanku. Tapi lagi-lagi perasaan lain bicara, bertitah jangan seperti anak kecil. Bukan saatnya lagi hanya membenamkan kepala dibalik tumpukan bantal, serta mengusapkan ingus pada kerah baju. Ya, memang ada yang lebih penting lagi yang harus aku lakukan. Tapi kejadian sehari tadi, membuatku benar-benar ingin tenggelam dalam simphoni tangisanku.

huaaaa ahuuhuhuhuhuhuhu. Benar-benar tidak sanggup lagi, tapi kemana airmata mengalir? hei dia pergi, atau dia tidak sudi lagi bergulir membentuk aliran sungai dipipiku?? kenapa? aku butuh lampiasan,, tega sekali?! baiklah aku memang tidak pernah lagi menangis, atau jarang menangis, itu karena sebab yang tak ingin kubuat-buat tapi memang menjadi sebab paling mujarab. Aku letih sekali, karena itu aku enggan menangis lagi.

Tuhan melihatku menangis, maka selalu Dia usap airmataku, dengan hadiah-hadiah mimpi yang kuingini. Tapi aku malu, aku malu selalu lemah dihadapanNya, aku ingin kuat, tapi...tapi...Tidakkah Engkau cukupkan kesabaranku Tuhan?? Ya Illah....

Bukan beban yang sedang kurasakan, ini hanya ujian, tidak benar-benar beban. Jika dibandingkan saudaraku yang jauh berjuang dikegelapan, dipeperangan, aku tidak sedang menanggung beban. Tapi aku memang terlalu lemah Tuhan, terlalu gampang menyerah, pada nasib, pada keadaan, pada keputusan.

Kapan aku benar-benar akan menemukan kekuatan itu? Ada, katamu tapi dimana? disana didegup jantung paling dalam, tersembunyi lirih wirid-wirid lemah disepertiga malam.
Lalu kapan aku bisa menangkupkan tangan dan membasuhnya biar aku diam, biar aku terpuaskan?? setiap waktu kau terjaga dan dengan sadar melantunkan doa.

semoga...semoga letihku tersudahkan, membasuhnya dengan airmata, aku akan tergugu. LAgi tergugu, biar airmataku menjadi sumber bening yang menghanyutkan seluruh penatku.
Jika memang uji bisa menyadarkan betapa aku tak Pernah Kau tinggalkan Tuhan...maka ijinkan kuhayati lagi, letih yang menjulur dikening, dimata, dan hatiku.

Minggu, 14 Maret 2010

SEPENGGAL MALAM

sepenggal malam kugarang.
ah puisi, aku bungkam malam ini.
biarlah kata kata berhamburan.
sedang tak ingin bernegosiasi.
mendengarkan yang tak mungkin didengar.
bising di balik tirai langit.
daripada harus kudengar kata-kata.
yang berujar, yang katanya punya batasan.
bukankah yang akan kubangun ini sebuah
benteng, bukan kalap yang terbentang,
tapi tetap saja kata-kata larangan yang keluar.
aku benci kata-kata.
seisi rangkuman takkan bisa sembuhkan relaku.
rela sebuah laku, demi yang katanya bakti.
tapi harus kusimpan angan-angan.
laku apa itu?
ah, kata-katamu hanya senapan larangan.
melukaiku, mematikanku.
aku benci kata-katamu, dan apa semua itu.
kau bicara tentang saru.
sementara tanganmu tak henti melumat gincu.
kalau begitu aku saja yang memapah malam.
bercumbu waktu hingga rebah diranjang.
dan kau tak perlu lagi mengataiku saru.
tak, tidak, bukan lagi sebatas kata-kata.
diammu diamku sama saja.
aku benci kata-kata.

Jumat, 05 Maret 2010

dear my CR

hari ini, merasakan rindu untuk seorang berdarah abu-abu, haha...
resah, rindu benar-benar rindu. apa memang hanya ini yang bisa dikerjakan bocah desa sepertiku, tak habis-habisnya menyulam mimpi buram begini?
sudah malam, tapi mimpi entah lari kemana, dan lagi-lagi aku cuma bisa bicarakan disini. sayangku sayangku sayangku
betapa banyak harap kularung disela isak tangisku, aku rindu.