Kamis, 30 September 2010

Nok, ingat posisimu cuma bayangan!

Lelakiku, aku frustasi, aku depresi. Aku cemburu, aku takut.

Bagaimana aku harus bersikap? Kau yang sekarang seolah sedang mengingatkan posisiku kembali bahwa aku hanyalah bayangan, selingan, tempat pelarian. Sakit ab, berkali-kali juga kukatakan bahwa cinta itu sakit. Dan kau tambahkan lagi perih ini dengan sikapmu sekarang.

Aku bodoh memang, abaikan lelaki yg datang membawa masa depan untukku hanya karna sedang cinta kepadamu, cinta yang berlebihan. Tapi bukankah aku berhak menentukan pada siapa cinta ini akan kuberikan?! Meskipun toh aku tahu aku menempatkan cintaku pada kesia-siaan.

Sudahkah tiba masa itu? Haruskah aku berhenti sekarang? Kalau ab ingin berhenti karna cinta dan kesetiaan ab aku ikhlas, aku rela, dan aku akan sangat bahagia. Tapi jika ab ingin berhenti karna ab masih ingin mendapatkan petualangan cinta yg liar dan berpeluang menyesatkanmu aku tidak ridho ab. Bagaimana harus kujelaskan bahwa ditengah kesesatanku tak putus-putusnya kupanjatkan doa untuk kebaikanmu, dan jika doaku ini harus berakhir dengan kehancuranmu aku amat sangat tidak rela.

Semoga sikap yang kau tunjukan padaku ini adalah awal yg baik dari akhir kisah kita. Mungkin setelah itu tidak akan ada lagi email, tidak ada lagi telfon, tidak ada lagi sapa singkat antara kita.

Tapi sebelum masa itu benar-benar tiba, ijinkan aku curahkan kasih sayangku padamu sepenuhnya, ijinkan aku mengabdi padamu sebagai emban yg menghormati junjungan sekaligus kekasih hatinya.

Rabu, 29 September 2010

Susah, senang!

Aku susah sekembalimu dari dunia antah berantah itu ab, kegilaan yg kian tak terkendali, cemburuku yg makin menjadi, serta rasa bersalah dan ketakberdayaan membunuh rasaku.

Entah kapan akan Dia cukupkan episode cerita kita? Aku sendiri masih ingin selalu mendengar suara tak merdumu. Masih ingin menikmati purnama di wajah bundarmu, masih ingin melihat dan mendengar tawa lepasmu, masih ingin penuhi kedua pipimu dg ciuman bertubi-tubiku.

Kadang aku ingin sekali membencimu, tapi jika sudah begitu siapa nanti yg musti kuusik lagi? Tidak ada yg sepertimu ab, tak satupun. Tak ada lelaki yg tak romantis melebihi ab, tak ada lelaki yg seterus terang ab, tak ada lelaki yg setekun ab, tak ada lelaki yg sekanak-kanak ab, tak ada ab. Ketidaksempurnaan ab nyaris membuat cintaku sempurna kepadamu.

Beberapa jam yg lalu telah kau tuntaskan rinduku, suaramu yakinkanku bahwa ab sedang baik-baik saja. Sebenarnya sangat ingin bercerita mengenai hal-hal yg terjadi padaku saat kau tak ada, tapi mendengar suara letihmu kuurungkan niat itu. Kita masih bisa ber-email ria kan?!

Aneh ab, dulu aku paling tak suka saat kau panggilku dg sebutan 'sayang' dan memintamu tuk memanggilku nduk, tapi sekarang aku begitu rindu dg sapa 'itu' sayangku...

Aku sedang berduka atas nama keluarga ab, ndukku, mas, bapak&ibu, serta thole. Mereka memaksakt berpikir, apa yg akan terjadi sekiranya mereka tahu bahwa ternyata aku seperti ini?! Mencintaimu dengan cara paling brutal, menutup mata akan segala aturan, sebab aku tahu cintaku melampaui segala aturan-aturan itu,, ana uhibbuka ya habib...

Biarkan saja kisah ini mengalir seadanya. Setidaknya dengan merenungi jalan cintaku padamu aku bisa mengerti betapa berharganya orang-orang yg kukasihi, dan aku akan terus mencoba tegak menjadi tiang penyangga bagi keluargaku, semampuku. Ab bilang bahwa aku kuat, dan aku mencoba meyakini itu.

Welcome back di duniaku yg serba carut marut ab...

Sabtu, 25 September 2010

Tuhan, ijinkan aku menjadi pelacur

Karangan: Muhidin M Dachlan

Ini adalah buku yang kubeli dengan hasil kerja resmiku setelah minggat dari bangku sekolahan terhitung dari tiga tahun yang lalu. Begitu istimewanya buku ini sehingga kurang dari sehari dia sudah beralih tangan ke temanku (ya temanku itu pinjam tiga tahun lamanya belum juga dikembalikan).

Buku karangan Muhidin M Dahlan ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang perempuan bernama Nidah Kirani. Perempuan soleha yang jatuh cinta dengan akidah yang terkandung didalam agamanya hingga memantapkan hatinya untuk membela Islam seutuhnya. Namun perlahan kecintaan dan keyakinannya runtuh satu persatu setelah dia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu kelompok islam garis keras di kampusnya.

Nidah merasa diperdaya, apalagi setelah dia berpacaran dengan salah satu pemimpin kelompoknya ia malah terjerumus ke dalam gaya hidup seks bebas.

Himpitan keluarga serta lingkungan yang terlanjur memandangnya sebagai wanita soleha membuatnya berada pada posisi sulit. Terlebih saat dia ingin keluar dari kelompoknya tersebut ia mendapatkan tekanan keras dari seluruh anggotanya. Nidah terus hidup dalam kemunafikan dan tekanan. Hingga perlahan lahan dia mencoba menerima kenyataan bahwa apa yang menimpanya merupakan garis hidup yang memang harus ia jalani.

Dari situ kemudian terkuak sisi kelam yang selama ini belum pernah dia jumpai. Dari dosennya sendiri dia mendapat jalan lebar memasuki jaringan prostitusi internasional untuk menjadi pelacur kelas atas.

Buku ini memaksaku untuk berkali-kali menghadap cermin. Meskipun hanya sekali aku membacanya tapi kisah Nidah begitu rapi tersimpan dimemori otakku. Mengingat dan mengingatnya lagi membuatku tersadar bahwa aku harus senantiasa hati-hati dalam mengambil setiap langkah dan keputusan.

(mengobati kedongkolan hati dengan gemreneng di ruang maya setelah puas dimaki-maki pelanggan yang gak dapat tiket kapal hari ini :)) apa pelacur yang servisnya gak memuaskan juga dapat makian sepertiku ya? Allohu a'lam.)

Jumat, 24 September 2010

Hebat!
Butuh waktu kurang dari satu menit untuk merubah tawa jadi tangis.
Hahahahahhh
sulit, tentu saja! Tertawa bagi yg sedang kesusahan itu pekerjaan luarbiasa sulit. Tapi aku kan tidak sedang susah, aku cuma....cuma...
Ah, begini saja mungkin lebih baik aku diam, diam, diam, sampai amarah ini hilang.
Tidak urusan cinta, tidak urusan kerja, tidak urusan keluarga,
kenapa semuanya musti korban perasaan?
Duh yuuuuuuuungggg
aku mau menjerit sekeras-kerasnya, aku mau menangis sejadi-jadinya.
Capek lahir batin Gusti,,

hari ini cuma ingin mengeluh saja, trimakasih sudah mau mengerti.

Sabtu, 18 September 2010

Kepadamu lagi hatiku lekat tak ingin lekas pergi...

CR my dear...

Hati dan pikiranku terfokus kepadamu lagi ab, hanya padamu. Terlebih sebentar lagi aku harus berpuasa dari rutinitasku menghubungimu 3x sehari karna kau akan kembali menjadi langit malamku, berkumpul bersama bintang dan rembulanmu disana. Selama itu pula seperti biasa aku akan menyapih mimpi tuk tidak meneteki tidurku, sebab mataku akan jalang memandang keluasanmu digelap malam.

berapa lama aku harus menjalani cinta tanpa harap begini ab? Kita sama-sama mengerti bahwa kita sedang berlari: kau dari kejenuhanmu, dan aku dari angin yg selalu meledekku dg kesuciannya, dengan ketakterjamahannya oleh apapun.

Suatu saat kita harus berhenti, dan kembali ke arah tujuan kita masing-masing. Aku sedang tersesat ab, dan aku ingin mengikutimu, aku mau turut kemanapun langkahmu tertuju. Menjadi apa saja boleh asal aku bisa selalu bersamamu. Tapi itu tidak mungkin terjadi kan, kau bilang aku harus mendapatkan tujuanku sendiri dan aku memang harus.

Mencintaimu sama halnya dengan mencintai luka, dan aku mulai bisa menikmati sensasi sakit dan perih yang kurasakan. Bahkan aku kecanduan dengan itu semua. Seperti seorang masokhis ab!

Bisakah kau mengertiku semengertinya aku akanmu? Benarkah cinta tak bisa lepas dari rasa cemburu? Sebab aku mulai cemburu dengan segala hal disekelilingmu. Aku cemburu pada pekerjaanmu, aku cemburu pada orang-orang didekatmu, aku cemburu pada laptopmu, bahkan aku cemburu pada baju yg melekat ditubuhmu.

Ab, sudah mulai kuputuskan tujuanku, yang ternyata sama sekali tidak boleh sejalan denganmu. Entah kapan harus kumulai langkah beranjak, pergi kesana menjauhimu. Aku belum mampu menjauh, aku belum mampu lepaskan tanganku yg masih setia menggayuti lengan bajumu.

Baiklah ini hanya kalimat pelepasan untukmu yg sebentar nanti akan menghilang dari duniaku. Sambil berharap saat kau datang kembali masih kau sisakan sedikit lengan bajumu untuk kugayuti.

Aku sayang kamu, ab...

Senin, 13 September 2010

Elizabeth bennet

Ini tentang perempuan cantik yang hidup pada abad pertengahan nun di Inggris raya sana. Elizabeth bennet atau yang lebih akrab disapa lizzy, anak kedua dari empat bersaudara yang kesemuanya adalah perempuan.

Lizzy digambarkan sebagai seorang gadis cantik, periang dan cerdas. Jika gadis sebayanya lebih senang berlama-lama didepan cermin dan bersolek, maka lizzy justru lebih senang menghabiskan waktunya dengan membaca buku sambil duduk di ayunan atau bahkan sambil bermain-main di kandang babi milik keluarganya.

Kisah lizzy terangkum dalam sebuah film berjudul Pride and Prejudice yang tanpa sengaja kutemukan sedang diputar di salah satu stasiun televisi swasta beberapa tahun silam. Waktu itu tengah malam, mungkin aku tidak harus selalu mengutuki mata gilaku yang sering kali mangkir dari tugas istirahnya sebab kadang kala karena kejalangan matakulah aku jadi menemukan beberapa hal istimewa yang tidak semua orang bisa menemukannya. Dan salah satu hal menakjubkan yang kutemukan adalah lizzy.

Aku kagum dengan sikapnya yang bisa mengatasi dan tetap bisa berdamai dengan segala pemikiran-pemikiran kolot orang tuanya. Lizzy selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi saudaranya untuk berbagi masalah dan mencari penyelesaiannya.

Bahkan kisah cintanya dengan mr Darcy jadi begitu menarik dengan segala polemik yang mengiringinya. Jadi apa? Sebenarnya hanya satu, aku ingin bisa seperti lizzy, bukan kecantikannya sebab itu sangat mustahil terjadi, tapi sikap dan ketegasannya dalam menyelesaikan tiap masalah yang ada. Pasti bisa, mungkin, atau barangkali semoga saja bisa.

Pride and prejudice, pengen nonton lagi... :(

Minggu, 12 September 2010

Setelah lebaran pergi

Bukan bermaksud kurang ajar, tapi sesudah lebaran itu pergi rasanya aku legaaaaa sekali. Sudah kulalui hari itu, sudah kutekan habis ketegaranku, demi 'harus' kulihat lagi tangis ibu. Terpaksa kusadari memang begitulah ibu, wujudnya telah berada pada batas kerapuhan. Ibu bukan lagi sosok tegar yg kukenal dulu. Ibu bukan lagi lambang kesabaran yg selalu kubanggakan. Persahabatan ibu dengan nafsu amarah semakin menjauhkanku dari sisi ibu. Takut. Aku takut bu. Jika awalnya telah kuterima kenyataan bahwa sosok bapak akhirnya hilang sama sekali dari sikapnya selama ini, sekarang harus kuterima lagi kekalahan itu. Keterpurukan ibu.

Semua hanya semakin menegaskan bahwa aku benar-benar papa tanpa pernah punya apa-apa, bahkan aku sendiri tidak mengerti dengan cara bagaimana ibu dan bapak mencintaiku?

Sudahlah...setidaknya aku masih percaya bahwa aku memiliki mereka. Orang-orang terkasih yang tak kan pernah habis aku cintai. Lagipula dengan merekalah aku belajar mengerti apa arti lapangdada, toleransi. Jika harus kecewa maka diriku sendirilah yg harusnya dikecewai, sikapku yg tidak juga bisa nerimo bahwa beginilah adanya kondisi keluargaku.

Lebaran oh lebaran, tiap tahun selalu saja kau kutangisi.

Senin, 06 September 2010

Do I miss him?!

Illah...
Aku rindukan lelakiku,,
yang takkan pernah menjadi suamiku, bapak dari anak2ku, aku rindukan lelaki yg patahkan sajak sendiriku. Yang karnanya airmataku menganaksungai tumbuhsuburkan harapan mandul.
Kurindukan dia sambil menangisi kegalauanku. Duhai, apakah keluarbiasaan yg sedang kurasa dan ratapi ini? Ya Illah...penguasa hatiku, tolong hentikan perih ini, tolong...sakit hyang jagat...